Tuesday, June 8, 2010

Memilih untuk berbahagia

1 Tesalonika 5:18; Yoh 14:15-31

Masyarakat Indonesia dikenal ramah dan murah senyum, tidak susah untuk melihat seseorang tersenyum disana. Senyum ramah dapat kita lihat pada raut wajah seseorang dengan pekerjaan seperti tukang becak, penjual bakso, supir taxi, pegawai negri atau profesi lainnya yang boleh dikatakan tidak berpenghasilan besar, sepertinya hidup mereka bahagia dan tanpa beban jika dilihat dari raut wajah mereka walaupun kadang hidup mereka terlihat susah jika kita lihat di layar TV yang kadang suka membesar-besarkan keadaan. Boleh dikatakan bahwa mereka memilh untuk berbahagia.

Di kota-kota besar dan seperti yang saya lihat di Jerman, seseorang yang berpakaian rapi kadang memiliki raut wajah yang murung dan khawatir seakan-akan besok dunia akan kiamat. Ini sungguh ironi. Orang-orang seperti ini boleh dikatakan memilih untuk tidak berbahagia.

Deion Sanders adalah pemain football di Amerika yang menginginkan untuk jadi juara Super Bowl lebih dari apapun di dunia ini. Hal tersebut adalah mimpinya. Dia berlatih dan berlatih, tahun demi tahun, bekerja tanpa kenal lelah. Hingga suatu hari mimpinya tersebut menjadi nyata. Dia memenangkan Super Bowl.

Namun ketika dia pulang sehabis merayakan kemenangannya tersebut, Sanders merasa sangat kecewa. Dia berpikir, “Jadi hanya begini? Saya telah bekerja selama bertahun-tahun dan telah mencapai puncak karir saya. Saya pikir hal ini akan sangat berbeda. Ya, saya bahagia. Ya, Tuhan memberkati saya. Tapi ini bukanlah seperti yang saya bayangkan.”

Kita bisa menginvestasikan banyak waktu dan energi, dan ketika semua yang kita katakan terwujud, kitapun bisa merasa kecewa seperti Sanders. Pada Yoh 14:24, Yesus Mengatakan: .. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang dberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.

Tuhan Yesus sebenarnya telah memberikan damai sejahtera kepada kita, dan damai sejahtera itu dapat kita rasakan ketika kita memilih untuk merasakannya. kita harus menyadari bahwa sukacita yang sejati dalam hidup ada pada hal-hal sederhana seperti menghabiskan waktu dengan teman dan keluarga, bangun lebih pagi untuk menyaksikan matahari terbit, berjalan-jalan di taman dan sebagainya. Kebahagiaan adalah sebuah pilihan. Tuhan ingin kita hidup dengan konsisten. Ia ingin kita menikmati setiap saat dalam kehidupan kita walaupun dalam pergumulan-pergumulan dan kesukaran-kesukaran.

Rasus Paulus menasihatkan kepada jemaat di Tesalonika dalam 1 Tes 5:18 “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu”. Ijinkan hal-hal sederhana membawa musim panas dan nyanyian masuk dalam hidup kita sehingga kita bisa menikmati berkat yang Tuhan berikan dalam hidup kita. Tuhan Yesus Memberkati.

Pertanyaan :
Hal-hal sederhana apa yang membuat saya berbahagia hari ini?

PA 5 Juni 2010
oleh: Rudolf S BOnay