Tuesday, December 30, 2014

Ria Pasaribu - Ketekunan menghasilkan kematangan



From: Ria Pasaribu <rejoice.seribu@gmail.com>
Date: 19 Oktober 2014 04.42.02 GMT+2
To: joy p1000 <rejoice.seribu@gmail.com>
Subject: Ketekunan menghasilkan kematangan

Ketekunan membawa kematangan (yak 1:4).

Surat ini dituliskan Yakobus kepada 12 suku, org2 dalam perantauan (diaspora), menyebar oleh karena penderitaan, dan mereka tinggal di tengah2 banyak orang yang tidak menyembah Tuhan.

Yakobus memberikan surat pastoral/pembinaan untuk mereka agar boleh bertahan dalam iman percaya. Dpl, hidup beriman itu tidak mudah, tidak spt yang diajarkan teologia sukses.
Oleh karena itu, Yakobus mengajarkan untuk orang beriman memiliki kacamata/ perspektive yang benar dalam menghadapi kehidupan ini. Dpl, tidak melihat kehidupan hanya dari kacamata sukses/berhasil dalam konteks dunia, yaitu study, bekerja, dapat posisi, lalu menjadi terkenal, banyak uang, dls. Apa bedanya kehidupan kita dengan yang tidak beriman?

1. Kehidupan beriman tidak semata diukur dengan kesuksesan duniawi. Melainkan hidup dalam pimpinan Tuhan (kehidupan Yusuf). Kej 39 ayat yang terkenal dan diulang-ulang (2,3,5,21) yusuf disertai Tuhan.

2. Kehidupan beriman siap menghadapi segala situasi. Yakobus mengajarkan bahwa orang beriman harus melihat kehidupan secara terintegrasi, ada masa baik dan ada masa kurang baik, itu realita. Banyak orang senang bermimpi dan memikirkan hal-hal yang selalu baik tanpa ada masalah. Namun realita tidak demikian, apalagi kehidupan beriman ditengah dunia penuh pencobaan dan masalah. Kita pikir, bahwa menjadi beriman lepas dari semua kesulita, nyatanya mungkin kita dapat merasakan bahwa mengikut Tuhan justru banyak tantangan.
Yakobus mengajarkan kita melihat hal ini di ayat 2, dia berkata:"berbahagialah...." Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan,
Joy even in difficult times, why?

Ayat 3, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.
Ujian adalah alat Tuhan menenun ketekunan (perseverance) dalam diri kita, lihat para atlit, pengusaha, dls. Perhatikan kehidupan Yusuf yang dalam mimpinya suatu hari akan menjadi raja. Namun kehidupan yang ia lewati banyak kali berjalan mundur dan pahit.
Hanya ada 1 hal yang selalu dialami Yusuf, bahwa Allah tidak pernah meninggalkan dia dimanapun, pencobaan apapun dia alami.
Disini kita melihat kenjadi orang beriman, pembentukan karakter dibangun untuk makin menjadi serupa Kristus.

Ketekunan menghasilkan kematangan, ini ilustrasi sederhana yang semua kita mengerti, bahwa buah tidak ada yang tiba2 matang, melainkan membutuhkan proses. Dan dalam proses banyak perubahan terjadi, pohon harus ditanam dengan benar, disirami, diberi pupuk, dls. Begitupula kehidupan iman perlu dipelihara dan dibangun. Hidup bersama dengan Tuhan, belajar FT, berdoa, bersaksi, melayani. Jadi jika sedang menghadapi pergumulan bukan menyendiri dan mengasihani diri, seakan-akan kita manusia paling menderita di dunia; melainkan Yakobus mengajarkan untuk melihat hal itu sebagai suatu pelatihan karakter, maka bersukacita karena kita sedang dibentuk Tuhan untuk sesuatu yang baik bagi masa depan. Itulah yang dilihat Yusuf, maka ia makin bertekun dimana saja dan apa saja yang dia alami dalam hidupnya. Dia paham bahwa Yeremia 29:11 berlaku untuk hidupnya.

Yakobus mengajarkan bahwa, Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun (4).
Menjadi sempurna, lengkap, matang, ready dipakai Tuhan (roma 8:28-30). Lihatlah kenyataannya dalam hidup Yusuf, dari hidup yang sulit dan makin turun sampai jadi narapidana, tapi dalam Tuhan dia dibentuk secara mental, iman, otot, dan skill kemampuan melayani dan menangani management dari mulai rumah potifar, penjara, akhirnya menjadi mentri ekonomi ker Mesir.

Apa kesimpulan hidupnya? Kejadian 50:19-20
Tetapi Yusuf berkata kepada mereka: "Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah?

Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.

1. Mata yusuf adalah mata orang beriman, menyadari bahwa Allah mengontrol segala situasi, termasuk anak2-Nya.
2. Tidak ada sesuatu yang kebetulan dalam hidup, ia melihat bahwa itu bisa dipakai Allah untuk hal2 yang baik, membentuk, memproses menjadi seperti yang Allah mau.
3. Yusuf melihat hidupnya bukan hanya untuk kesuksesan diri semata, melainkan melihat dirinya ada dalam tangan Allah dipakai untuk menjalankan misi Allah bagi kemuliaan-Nya. Maka ia bersedia dibentuk walaupun berat, didewasakan agar siap dipakai.
4. Yusuf mengalami kematangan dan kemantapannya, dpl. Kesuksesan di dalam Tuhan. Ia diangkat menjadi orang no 2 setelah Raja, ia menjadi mentri perekonomian saat itu, apalagi saat kelaparan menimpa, justru dia dimampukan mengelola pangan di ker. mesir, dan hal yang indah, bahwa Tuhan memakai dia untuk memelihara kehidupan umat Allah, Israel.

Perenungan,
1. Bagaimana engkau melihat kehidupanmu, kacamata apa yang engkau pakai?
2. Allah mengasihimu, maukah berjalan dipimpin oleh-Nya?
3. Bertekunlah dalam menghadapi segala situasi, peka dan rendah hati diajar, dididik dalam tangan Tuhan. Biarkan diri diperlengkapi, agar dapat dipakai Tuhan membangun sesama dan membangun umat Allah. Itulah pekerjaan bagi Kerajaan Allah, segala kemuliaan bagi Allah.



Tuesday, June 8, 2010

Memilih untuk berbahagia

1 Tesalonika 5:18; Yoh 14:15-31

Masyarakat Indonesia dikenal ramah dan murah senyum, tidak susah untuk melihat seseorang tersenyum disana. Senyum ramah dapat kita lihat pada raut wajah seseorang dengan pekerjaan seperti tukang becak, penjual bakso, supir taxi, pegawai negri atau profesi lainnya yang boleh dikatakan tidak berpenghasilan besar, sepertinya hidup mereka bahagia dan tanpa beban jika dilihat dari raut wajah mereka walaupun kadang hidup mereka terlihat susah jika kita lihat di layar TV yang kadang suka membesar-besarkan keadaan. Boleh dikatakan bahwa mereka memilh untuk berbahagia.

Di kota-kota besar dan seperti yang saya lihat di Jerman, seseorang yang berpakaian rapi kadang memiliki raut wajah yang murung dan khawatir seakan-akan besok dunia akan kiamat. Ini sungguh ironi. Orang-orang seperti ini boleh dikatakan memilih untuk tidak berbahagia.

Deion Sanders adalah pemain football di Amerika yang menginginkan untuk jadi juara Super Bowl lebih dari apapun di dunia ini. Hal tersebut adalah mimpinya. Dia berlatih dan berlatih, tahun demi tahun, bekerja tanpa kenal lelah. Hingga suatu hari mimpinya tersebut menjadi nyata. Dia memenangkan Super Bowl.

Namun ketika dia pulang sehabis merayakan kemenangannya tersebut, Sanders merasa sangat kecewa. Dia berpikir, “Jadi hanya begini? Saya telah bekerja selama bertahun-tahun dan telah mencapai puncak karir saya. Saya pikir hal ini akan sangat berbeda. Ya, saya bahagia. Ya, Tuhan memberkati saya. Tapi ini bukanlah seperti yang saya bayangkan.”

Kita bisa menginvestasikan banyak waktu dan energi, dan ketika semua yang kita katakan terwujud, kitapun bisa merasa kecewa seperti Sanders. Pada Yoh 14:24, Yesus Mengatakan: .. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang dberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.

Tuhan Yesus sebenarnya telah memberikan damai sejahtera kepada kita, dan damai sejahtera itu dapat kita rasakan ketika kita memilih untuk merasakannya. kita harus menyadari bahwa sukacita yang sejati dalam hidup ada pada hal-hal sederhana seperti menghabiskan waktu dengan teman dan keluarga, bangun lebih pagi untuk menyaksikan matahari terbit, berjalan-jalan di taman dan sebagainya. Kebahagiaan adalah sebuah pilihan. Tuhan ingin kita hidup dengan konsisten. Ia ingin kita menikmati setiap saat dalam kehidupan kita walaupun dalam pergumulan-pergumulan dan kesukaran-kesukaran.

Rasus Paulus menasihatkan kepada jemaat di Tesalonika dalam 1 Tes 5:18 “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu”. Ijinkan hal-hal sederhana membawa musim panas dan nyanyian masuk dalam hidup kita sehingga kita bisa menikmati berkat yang Tuhan berikan dalam hidup kita. Tuhan Yesus Memberkati.

Pertanyaan :
Hal-hal sederhana apa yang membuat saya berbahagia hari ini?

PA 5 Juni 2010
oleh: Rudolf S BOnay

Saturday, November 28, 2009

Tanda Tamat

Pendalaman Alkitab Perki Bremen


"Manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa" (Roma 6:6)

Bacaan: Roma 6:1-14
Setahun: 1 Samuel 7-8


Saat lulus SMA, ijazah yang saya terima bertuliskan "Surat Tanda Tamat Belajar". Saya sudah tamat belajar? Tamat bisa diartikan lulus, tuntas, selesai, habis, atau bisa juga mati. Wah, apa tidak salah? Sebenarnya kata ini tidak sepenuhnya salah. Setiap saat kita memang harus tamat atau mati karena kematian adalah awal kehidupan baru. Jadi, rupanya maksud dari "Tanda Tamat Belajar" adalah bahwa siswa sudah mati sebagai pelajar SMA, lalu naik ke jenjang pendidikan lebih lanjut. Dari satu tahap kehidupan, ia harus meneruskan ke tahap kehidupan yang lain.

Ijazah adalah sebuah tanda. Baptisan juga memberi "tanda kematian" kepada kita. Kita dibabtis dalam kematian-Nya (ayat 3), sebagai tanda hidup baru bersama Yesus. "Tanda tamat" manusia lama yang telah disalibkan, "supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar kita jangan menghambakan diri lagi kepada dosa" (ayat 6). Kematian Yesus adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selamanya (ayat 10). Jadi, kematian-Nya juga mematikan kehidupan lama kita, yang dalam kitab Efesus disebut Paulus sebagai hidup dengan "kekerasan hati" (Efesus 4:18) atau "menyerahkan diri kepada nafsu yang menyesatkan" (ayat 19). Entah itu berdusta, marah, mencuri, berkata kotor, berkata kosong, berlaku sembrono, memfitnah, menghina, bertikai, dan segala bentuk kelaliman yang lain.

Setelah kita diberi "tanda tamat" oleh kematian-Nya, mari kita siapkan diri untuk menjalani hidup baru dalam terang Kristus, bahkan untuk berbuah kebaikan, keadilan, dan kebenaran. Mari jagai hidup kita agar tidak menyerah dan menjadi senjata kelaliman. Agar diri kita sungguh mati terhadap dosa, setiap saat! -- AGS


"Bila Anda bersedia mati untuk setiap menit, Anda akan sungguh-sungguh hidup." -- Anthony de Mello, S.J.


***

diambil dari Gloria Cyber Ministries - Renungan Harian
http://www.glorianet.org/rh/032008/22.html

diunggah dan dipercantik oleh Ignatius S. Condro A.B.

Perumpamaan tentang Talenta

Pendalaman Alkitab Perki Bremen

Bacaan: Matius 25:14-30


Saat kita menerima hadiah, kita selalu dihadapkan pada dua pilihan.

Pilihan yang pertama adalah hadiah ini sangat berharga, sehingga kita tidak dapat mengambil resiko untuk membukanya. Mereka yang mengikuti pilihan pertama ini menyadari bahwa ketika hadiah dibuka, mungkin akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Membuka hadiah selalu beresiko.

Respon yang kedua adalah hadiah ini sangat berharga, sehingga kita harus mengambil resiko untuk membukanya. Mereka yang mengikuti pilihan kedua menyadari bahwa dengan tidak membukanya berarti membiarkan isinya menjadi tidak berguna sama sekali. There is no tragedy like the tragedy of the unopened gift.

Kita semua diberi hadiah/talenta dalam hidup ini. Bersamaan dengan hadiah itu, kita juga dihadapkan pada pilihan apakah kita akan membuka dan menggunakan hadiah itu atau tidak. Membuka atau tidak membuka hadiah yang Tuhan berikan pada kita berhubungan erat dengan pertumbuhan kita. Manusia dan semua benda hidup diciptakan untuk bertumbuh. Kita senang melihat segala sesuatu bertumbuh, contoh: orang tua yang melihat anaknya tumbuh, pemimpin perusahaan yang melihat perusahaannya berkembang, dll. Pertumbuhan adalah suatu mukjizat. Untuk bertumbuh, kita dihadapkan pada resiko, sama seperti pilihan untuk membuka hadiah.

Contoh: Cerita Yesus berjalan di atas air (Matius 14:22-33)
Ada dua karakter dalam cerita itu, yaitu Petrus dan murid-murid yang lain.
  1. Petrus adalah contoh orang yang memilih pilihan kedua ketika dia berhadapan dengan pilihan untuk berjalan di atas air.
  2. Orang yang tetap diam di dalam perahu adalah mereka yang mengikuti pilihan pertama.

Referensi:
Ortberg, J. 2001. If you want to walk on water, you've got to get out of the boat. Chapter 2. Zondervan, Grand Rapids, Michigan 49530


***


Perumpamaan tentang talenta
(Matius 25:14-30)


Yesus mengajarkan kita 3 prinsip dasar tentang Tuhan, Tuan dalam hidup kita, yang menawarkan kesempatan besar pada kita:


1. Dia adalah Allah pemberi (ayat 14-18)

Keberadaan dan sifat Yesus sebagai tuan
........................................................................

Jadi Yesus menceritakan perumpamaan tentang talenta ini karena Allah Sang Pemberi menawarkan satu kesempatan besar dalam hidup kita.

Respon para hamba: Apa yang ketiga orang itu lakukan? (ayat 16-18)
  • Hamba pertama dan kedua ...............................................................
  • Hamba ketiga .....................................................................................
Ketika kita mendengar kata talent, kita langsung berpikir tentang hidup kita (pikiran, kemampuan, talenta spiritual, tubuh, uang, keinginan, dll)
Dari cerita ini kita bisa mendapatkan makna bahwa
  • Tuhan adalah Tuan yang sangat murah hati
  • Tidak ada seorang pun yang tidak memiliki talent
  • Bahkan, Tuhan mengajak kita berpartner dalam mengembangkan talenta itu.

2. Dia adalah Allah yang memperhitungkan (ayat 19-30)

Sang Tuan ternyata tidak membiarkan ketiga orang itu tanpa membuat perhitungan (ayat 19). Hamba ketiga tidak menyadari hal yang tidak terelakan dalam hidupnya. Dia lupa bahwa Sang Tuan, pasti kembali.

Tentang hamba ketiga, mengapa dia berbuat demikian?
  • iri hati
  • Membandingkan talentanya dengan yang lain?
  • Ayat 25 .........................................................................
  • Ayat 26 .........................................................................

3. Dia adalah Allah yang memberi penghargaan
  • Respon Sang Tuan ketika mendapatkan hambanya berhadil mengembangkan talenta (ayat 21 dan 23) ..........................................................
  • Bagi dia yang menguburkan talenta (ayat 26, 28, 30) .....................................................

4. Respon dan penerapan (ayat 29-30)
  • Harga yang harus dibayar dengan keluar dari perahu (seperti Petrus, hamba pertama dan kedua) ...............................................................................
  • Harga yang harus dibayar dengan tetap diam di dalam perahu (seperti murid-murid lain dan hamba ketiga) ............................................................
  • Penerapan .........................................................................


***

dipercantik oleh Ignatius Sapto Condro A.B.

Iman dan Janji Allah

Pendalaman Alkitab Perki Bremen


Pada suatu ketika sekelompok orang bertanya kepada Yesus bagaimana mereka dapat mengerjakan pekerjaan Allah. Yesus menjawab "inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Allah!" (Yohanes 6:29). Allah menghendaki kepercayaan dan iman dari setiap orang karena "Tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah." (Ibrani 11:6). Tetapi seringkali dalam masyarakat modern, iman tidak lebih daripada pikiran yang muluk-muluk; "Saya harap segala sesuatu akan berjalan dengan lancar. Saya "beriman" bahwa hal itu akan terjadi." Konsep iman menurut pandangan Alkitab jauh melampaui pemikiran dangkal seperti itu dan iman merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk berjalan dengan Kristus.


A. HIDUP OLEH IMAN

Iman bukan perasaan atau kesan. Iman bukan juga suatu kebenaran yang kita yakini sendiri atau semacam indoktrinasi diri. Iman berarti percaya dan menerima begitu saja apa yang telah dijanjikan Allah dalam Alkitab. Seperti sikap percaya dan menerima yang dimiliki seorang anak, iman ialah tetap percaya meskipun tidak tahu apa yang mungkin terjadi. Iman hanya mengandalkan janji dan pembuat janji. (Mendoakan janji Allah, Tom Yeakly)

1. Bagaimana definisi iman menurut Ibrani 11:1?

2. Apakah yang dimungkinkan oleh iman kepada Allah?
  • Matius 21:22
  • Efesus 3:12
  • 1 Yohanes 5:4,5
  • Efesus 6:16

3. Hal-hal penting apakah yang kita pelajari dalam kehidupan iman Abraham?
  • Roma 4:20,21
  • Ibrani 11:8-12
Menurut kira sendiri apa artinya beriman?
Kapan waktunya mulai beriman?

4. Dari Matius 7:7-11, Yesus menyuruh kita untuk meminta, mencari, dan mengetok bila kita bisa menerima ini sebagai kegiatan terus menerus dan bukan hanya satu kali saja. Tetapi kita sering cepat putus asa dan menentukan sendiri batas akhir jawaban Allah atas doa kita. Apa yang kita pelajari dari ayat-ayat ini mengenai kesabaran dan iman?
  • Yesaya 40:31
  • Yakobus 1:3-4


B. IMAN KEPADA JANJI ALLAH

Janji adalah suatu yang dapat dipercayai, sesuatu yang dapat dipegang dengan penuh keyakinan. Seperti janji-janji seorang ayah kepada anak-anaknya, di dalam Alkitab terdapat janji Allah bagi anak-anak rohaniNya. Ada janji yang bersifat umum yang diberikan untuk banyak orang dan sepanjang waktu, ada janji khusus kepada seseorang sesuai dengan situasi unik pada waktu tertentu.

5. Bagaimana sifat yang dimiliki Allah?
  • Bilangan 23:19
  • Ayub 42:2

6. Allah telah memberikan janji-janji di dalam FirmanNya? Apa yang dijanjikanNya
  • Filipi 4:19
  • Yeremia 33:3
  • Roma 8:32

7. Pelajari kehidupan tokoh-tokoh di bawah ini, bagaimana mereka mengklaim dan meyakini janji Allah dalam pergumulan hidupnya?
  • Nehemia (Nehemia 1:1-11)
  • Daud (2 Samuel 7)
  • Musa (Keluaran 32:11-15)
  • Abraham (Ibrani 11:8-17)
  • Sadrakh, Mesakh, Abednego (Daniel 3:16-26)

8. Hal-hal apakah yang menyebabkan kita tidak mendapatkan apa yang kita imani?
  • Tidak percaya (Markus 6:1-6)
  • Tidak taat (Yohanes 14:21)
  • Kurang sabar (Efesus 6:18)
  • Salah memegang janji (Yakobus 4:3)


C. PENERAPAN

Bagaimana cara memegang janji-janji Allah?
  1. Serahkanlah kehidupan kepada Dia.
  2. Berdoa dan meminta pimpinan-Nya.
  3. Carilah janji-janji itu. Tafsirkan dengan benar, kenali latar-belakangnya, renungkan dan doakan.
  4. Peganglah janji itu bila kita merasa damai sejahtera dan berdoalah bahwa kita mempercayai janji itu.
  5. Selama berdoa, ujilah apakah janji itu bertahan setelah melalui bimbingan Ilahi. Mintalah teman rohani untuk menolong kita melihat sisi pro-kontra secara objektif ditinjau dari sudut pandang orang kristen yang dewasa.
  6. Selama kita menunggu jawaban, berdoalah dengan iman dan kesabaran.
  7. Evaluasi. Jika kita sudah mengerjakan langkah-langkah di atas tetapi jika doa tidak menjadi kenyataan, koreksilah apakah kita sedang tidak taat, kurang percaya, kurang sabar atau salah memegang janji Allah.


***

dipercantik oleh Ignatius Sapto Condro A.B.

Thursday, November 26, 2009

Melihat Konflik, Melihat ke Dalam

Pendalaman Alkitab Perki Bremen 15 Desember 2006
oleh Ignatius Sapto Condro A.B.


"Perdamaian... Perdamaian...
Banyak yang cinta damai...
tapi perang semakin ramai..."
(penggalan lagu Perdamaian karangan Haji Ukat)


Sering kita menghadapi konflik dengan sesama kita dengan berbagai alasan. Sebelum melibatkan diri dalam konflik, sudah selayaknya kita melihat ke dalam diri kita sendiri. Apakah ada sesuatu dalam diri kita yang menyediakan bara atau api yang menyebabkan adanya api konflik.


Mari kita baca cerita berikut
(yang sudah banyak beredar dari email ke email, milis ke milis, blog ke blog, notes ke notes)

Di suatu desa yang terpencil terdapat rumah aneh yang disebut Rumah 1000 Cermin. Suatu hari Coki, anjing kecil, sedang berjalan-jalan di desa itu dan melintasi Rumah 1000 Cermin. Ia tertarik pada rumah itu dan memutuskan untuk masuk melihat-lihat apa yang ada di dalamnya. Ia melompat-lompat ceria lalu menaiki tangga rumah dan masuk melalui pintu depan. Telinganya terangkat tinggi-tinggi. Ekornya bergerak kipit-kipit secepat mungkin. Ia tersenyum lebar dan tampak olehnya seribu wajah anjing dengan senyum lebar, hangat, dan bersahabat. Dia meninggalkan rumah itu sambil merasa "Tempat ini sangat menyenangkan. Coki akan kembali mengunjunginya sesering mungkin."

Kemudian anjing lain bernama Bleki datang ke rumah itu. Dia tidak seceria Coki. Dengan perlahan, ia menaiki tangga rumah dan masuk melalui pintu. Ketika di dalam, ia terkejut melihat ada seribu wajah anjing yang muram dan tidak bersahabat. Dia lalu menggeram. Tampaklah seribu anjing yang menggeram dengan menyeramkan. Ia merasa ketakutan dan segera keluar dari rumah, "Tempat ini sungguh menakutkan, Bleki takkan pernah mau kembali ke sini lagi."


Bandingkan cerita di atas dengan Mat 22:39, Luk 10:27-28, dan Mrk 12:31,33.
Bagaimana kesan yang ditangkap?


Apa saja yang ada dalam diri kita?
  • Yak 3:16
  • Yak 4:1-3
  • 1 Tim 6:4

Bagaimana pesan Kitab Suci dalam menghadapi konflik?
  • 1 Kor 13:4-7
  • Gal 6:4-5
  • Ef 6:4
  • Tit 3:2
  • Mrk 9:35


"Semua wajah di dunia ini adalah cermin wajah kita sendiri. Wajah bagaimanakah yang tampak pada orang-orang yang Anda jumpai?"

Wednesday, November 25, 2009

Ketaatan Hidup Seorang Murid

Pendalaman Alkitab Perki Bremen

Bacaan:
  • Keluaran 24:1-8
  • 1 Samuel 15:1-35
  • Yohanes 14:23,24a

Saul diangkat menjadi raja pertama di atas seluruh bangsa Israel pada saat yang menentukan untuk Israel. Saat itu Israel diancam terus oleh orang Filistin yang mendiami daratan di pinggir Laut Tengah tetapi yang hendak naik ke daerah pegunungan yang didiami bangsa Israel. Pada 1 Samuel 11 diuraikan bahwa setelah Musa dan Yosua, hanya Saul yang berhasil mengunpulkan seluruh bangsa Israel (semua sukunya) untuk melawan musuh mereka. Dengan demikian Saul menunjukkan keperkasaannya. Akan tetapi, tak lama lagi Saul ditolak oleh Tuhan sebagai raja bagi umat pilihan-Nya. Penolakannya dicantumkan pada 1 Samuel 15. Itu karena ketidaktaatannya.

Perintah Tuhan yang disampaikan melalui nabi Samuel jelas dan tegas - "Pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuana, laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta maupun keledai" (1 Samuel 15:3).

Tetapi Saul menyelamatkan Agag, raja Amalek, beserta kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dan tambun, anak domba dan segala yang berharga (ayat 9). Ketika ditanya Samuel mengapa semuanya tidak dibunuh, Saul menjawab, "Semuanya itu dibawa dari pada orang Amalek, sebab rakyat menyelamatkan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dengan maksud untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu; tetap selebihnya telah kami tumpas" (ayat 15).

Saul menyatakan, "Aku mendengarkan suara TUHAN" (ayat 20) dan "Aku taat kepada suara TUHAN". Tetapi Samuel menjawab, "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik daripada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik daripada lemak domba-domba jantan. Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja" (ayat 22-23).

Pada Keluaran 24 diuraikan mengenai upacara pengikatan perjanjian antaea TUHAN dengan bangsa Israel. Pada waktu itu bangsa Israel menyatakan pada ayat 7, "Segala firman TUHAN akan kami lakukan dan akan kami dengarkan (yaitu taati)". Tetapi ternyata bangsa Israel tetap tidak taat meskipun dengan mulut mereka menyatakan ingin taat kepada Tuhan. Oleh karena itu para nabi selalu menghimbau mereka untuk kembali kepada Tuhan.

Sebelum Tuhan Yesus meninggalkan murid-murid-Nya, Dia menegaskan kepada mereka, "jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firmanKu dan BapaKu akan mengasihi Dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia. Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firmanKu; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah daripadaKu melainkan dari Bapa yang mengutus Aku" (Yohanes 14:23-24)

Ciri khas seorang murid Tuhan Yesus ialah ketaatan. Taat kepada Tuhan. Taat kepada firman Tuhan. Taat sampai mati.


Pertanyaan
  1. Apakah yang dapat kita pelajari dari peringatan pada 2 Tesalonika 1:6-8?
  2. Bagaimanakah dapat kita berpegang pada prinsip yang diutarakan oleh Petrus dan Yohanes pada Kis 4:19?
  3. Apakah yang dapat kita pelajari dari contoh Tuhan Yesus pada Ibrani 5:7-10?
  4. Apakah yang dapat kita pelajari dari contoh Abraham pada Ibrani 11:8-10?


***

dipercantik oleh Ignatius Sapto Condro A.B.