Saturday, November 28, 2009
Tanda Tamat
"Manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa" (Roma 6:6)
Bacaan: Roma 6:1-14
Setahun: 1 Samuel 7-8
Saat lulus SMA, ijazah yang saya terima bertuliskan "Surat Tanda Tamat Belajar". Saya sudah tamat belajar? Tamat bisa diartikan lulus, tuntas, selesai, habis, atau bisa juga mati. Wah, apa tidak salah? Sebenarnya kata ini tidak sepenuhnya salah. Setiap saat kita memang harus tamat atau mati karena kematian adalah awal kehidupan baru. Jadi, rupanya maksud dari "Tanda Tamat Belajar" adalah bahwa siswa sudah mati sebagai pelajar SMA, lalu naik ke jenjang pendidikan lebih lanjut. Dari satu tahap kehidupan, ia harus meneruskan ke tahap kehidupan yang lain.
Ijazah adalah sebuah tanda. Baptisan juga memberi "tanda kematian" kepada kita. Kita dibabtis dalam kematian-Nya (ayat 3), sebagai tanda hidup baru bersama Yesus. "Tanda tamat" manusia lama yang telah disalibkan, "supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar kita jangan menghambakan diri lagi kepada dosa" (ayat 6). Kematian Yesus adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selamanya (ayat 10). Jadi, kematian-Nya juga mematikan kehidupan lama kita, yang dalam kitab Efesus disebut Paulus sebagai hidup dengan "kekerasan hati" (Efesus 4:18) atau "menyerahkan diri kepada nafsu yang menyesatkan" (ayat 19). Entah itu berdusta, marah, mencuri, berkata kotor, berkata kosong, berlaku sembrono, memfitnah, menghina, bertikai, dan segala bentuk kelaliman yang lain.
Setelah kita diberi "tanda tamat" oleh kematian-Nya, mari kita siapkan diri untuk menjalani hidup baru dalam terang Kristus, bahkan untuk berbuah kebaikan, keadilan, dan kebenaran. Mari jagai hidup kita agar tidak menyerah dan menjadi senjata kelaliman. Agar diri kita sungguh mati terhadap dosa, setiap saat! -- AGS
"Bila Anda bersedia mati untuk setiap menit, Anda akan sungguh-sungguh hidup." -- Anthony de Mello, S.J.
***
diambil dari Gloria Cyber Ministries - Renungan Harian
http://www.glorianet.org/rh/032008/22.html
diunggah dan dipercantik oleh Ignatius S. Condro A.B.
Perumpamaan tentang Talenta
Bacaan: Matius 25:14-30
Saat kita menerima hadiah, kita selalu dihadapkan pada dua pilihan.
Pilihan yang pertama adalah hadiah ini sangat berharga, sehingga kita tidak dapat mengambil resiko untuk membukanya. Mereka yang mengikuti pilihan pertama ini menyadari bahwa ketika hadiah dibuka, mungkin akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Membuka hadiah selalu beresiko.
Respon yang kedua adalah hadiah ini sangat berharga, sehingga kita harus mengambil resiko untuk membukanya. Mereka yang mengikuti pilihan kedua menyadari bahwa dengan tidak membukanya berarti membiarkan isinya menjadi tidak berguna sama sekali. There is no tragedy like the tragedy of the unopened gift.
Kita semua diberi hadiah/talenta dalam hidup ini. Bersamaan dengan hadiah itu, kita juga dihadapkan pada pilihan apakah kita akan membuka dan menggunakan hadiah itu atau tidak. Membuka atau tidak membuka hadiah yang Tuhan berikan pada kita berhubungan erat dengan pertumbuhan kita. Manusia dan semua benda hidup diciptakan untuk bertumbuh. Kita senang melihat segala sesuatu bertumbuh, contoh: orang tua yang melihat anaknya tumbuh, pemimpin perusahaan yang melihat perusahaannya berkembang, dll. Pertumbuhan adalah suatu mukjizat. Untuk bertumbuh, kita dihadapkan pada resiko, sama seperti pilihan untuk membuka hadiah.
Contoh: Cerita Yesus berjalan di atas air (Matius 14:22-33)
Ada dua karakter dalam cerita itu, yaitu Petrus dan murid-murid yang lain.
- Petrus adalah contoh orang yang memilih pilihan kedua ketika dia berhadapan dengan pilihan untuk berjalan di atas air.
- Orang yang tetap diam di dalam perahu adalah mereka yang mengikuti pilihan pertama.
Referensi:
Ortberg, J. 2001. If you want to walk on water, you've got to get out of the boat. Chapter 2. Zondervan, Grand Rapids, Michigan 49530
***
Perumpamaan tentang talenta
(Matius 25:14-30)
Yesus mengajarkan kita 3 prinsip dasar tentang Tuhan, Tuan dalam hidup kita, yang menawarkan kesempatan besar pada kita:
1. Dia adalah Allah pemberi (ayat 14-18)
Keberadaan dan sifat Yesus sebagai tuan
........................................................................
Jadi Yesus menceritakan perumpamaan tentang talenta ini karena Allah Sang Pemberi menawarkan satu kesempatan besar dalam hidup kita.
Respon para hamba: Apa yang ketiga orang itu lakukan? (ayat 16-18)
- Hamba pertama dan kedua ...............................................................
- Hamba ketiga .....................................................................................
Dari cerita ini kita bisa mendapatkan makna bahwa
- Tuhan adalah Tuan yang sangat murah hati
- Tidak ada seorang pun yang tidak memiliki talent
- Bahkan, Tuhan mengajak kita berpartner dalam mengembangkan talenta itu.
2. Dia adalah Allah yang memperhitungkan (ayat 19-30)
Sang Tuan ternyata tidak membiarkan ketiga orang itu tanpa membuat perhitungan (ayat 19). Hamba ketiga tidak menyadari hal yang tidak terelakan dalam hidupnya. Dia lupa bahwa Sang Tuan, pasti kembali.
Tentang hamba ketiga, mengapa dia berbuat demikian?
- iri hati
- Membandingkan talentanya dengan yang lain?
- Ayat 25 .........................................................................
- Ayat 26 .........................................................................
3. Dia adalah Allah yang memberi penghargaan
- Respon Sang Tuan ketika mendapatkan hambanya berhadil mengembangkan talenta (ayat 21 dan 23) ..........................................................
- Bagi dia yang menguburkan talenta (ayat 26, 28, 30) .....................................................
4. Respon dan penerapan (ayat 29-30)
- Harga yang harus dibayar dengan keluar dari perahu (seperti Petrus, hamba pertama dan kedua) ...............................................................................
- Harga yang harus dibayar dengan tetap diam di dalam perahu (seperti murid-murid lain dan hamba ketiga) ............................................................
- Penerapan .........................................................................
***
dipercantik oleh Ignatius Sapto Condro A.B.
Iman dan Janji Allah
Pada suatu ketika sekelompok orang bertanya kepada Yesus bagaimana mereka dapat mengerjakan pekerjaan Allah. Yesus menjawab "inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Allah!" (Yohanes 6:29). Allah menghendaki kepercayaan dan iman dari setiap orang karena "Tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah." (Ibrani 11:6). Tetapi seringkali dalam masyarakat modern, iman tidak lebih daripada pikiran yang muluk-muluk; "Saya harap segala sesuatu akan berjalan dengan lancar. Saya "beriman" bahwa hal itu akan terjadi." Konsep iman menurut pandangan Alkitab jauh melampaui pemikiran dangkal seperti itu dan iman merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk berjalan dengan Kristus.
A. HIDUP OLEH IMAN
Iman bukan perasaan atau kesan. Iman bukan juga suatu kebenaran yang kita yakini sendiri atau semacam indoktrinasi diri. Iman berarti percaya dan menerima begitu saja apa yang telah dijanjikan Allah dalam Alkitab. Seperti sikap percaya dan menerima yang dimiliki seorang anak, iman ialah tetap percaya meskipun tidak tahu apa yang mungkin terjadi. Iman hanya mengandalkan janji dan pembuat janji. (Mendoakan janji Allah, Tom Yeakly)
1. Bagaimana definisi iman menurut Ibrani 11:1?
2. Apakah yang dimungkinkan oleh iman kepada Allah?
- Matius 21:22
- Efesus 3:12
- 1 Yohanes 5:4,5
- Efesus 6:16
3. Hal-hal penting apakah yang kita pelajari dalam kehidupan iman Abraham?
- Roma 4:20,21
- Ibrani 11:8-12
Kapan waktunya mulai beriman?
4. Dari Matius 7:7-11, Yesus menyuruh kita untuk meminta, mencari, dan mengetok bila kita bisa menerima ini sebagai kegiatan terus menerus dan bukan hanya satu kali saja. Tetapi kita sering cepat putus asa dan menentukan sendiri batas akhir jawaban Allah atas doa kita. Apa yang kita pelajari dari ayat-ayat ini mengenai kesabaran dan iman?
- Yesaya 40:31
- Yakobus 1:3-4
B. IMAN KEPADA JANJI ALLAH
Janji adalah suatu yang dapat dipercayai, sesuatu yang dapat dipegang dengan penuh keyakinan. Seperti janji-janji seorang ayah kepada anak-anaknya, di dalam Alkitab terdapat janji Allah bagi anak-anak rohaniNya. Ada janji yang bersifat umum yang diberikan untuk banyak orang dan sepanjang waktu, ada janji khusus kepada seseorang sesuai dengan situasi unik pada waktu tertentu.
5. Bagaimana sifat yang dimiliki Allah?
- Bilangan 23:19
- Ayub 42:2
6. Allah telah memberikan janji-janji di dalam FirmanNya? Apa yang dijanjikanNya
- Filipi 4:19
- Yeremia 33:3
- Roma 8:32
7. Pelajari kehidupan tokoh-tokoh di bawah ini, bagaimana mereka mengklaim dan meyakini janji Allah dalam pergumulan hidupnya?
- Nehemia (Nehemia 1:1-11)
- Daud (2 Samuel 7)
- Musa (Keluaran 32:11-15)
- Abraham (Ibrani 11:8-17)
- Sadrakh, Mesakh, Abednego (Daniel 3:16-26)
8. Hal-hal apakah yang menyebabkan kita tidak mendapatkan apa yang kita imani?
- Tidak percaya (Markus 6:1-6)
- Tidak taat (Yohanes 14:21)
- Kurang sabar (Efesus 6:18)
- Salah memegang janji (Yakobus 4:3)
C. PENERAPAN
Bagaimana cara memegang janji-janji Allah?
- Serahkanlah kehidupan kepada Dia.
- Berdoa dan meminta pimpinan-Nya.
- Carilah janji-janji itu. Tafsirkan dengan benar, kenali latar-belakangnya, renungkan dan doakan.
- Peganglah janji itu bila kita merasa damai sejahtera dan berdoalah bahwa kita mempercayai janji itu.
- Selama berdoa, ujilah apakah janji itu bertahan setelah melalui bimbingan Ilahi. Mintalah teman rohani untuk menolong kita melihat sisi pro-kontra secara objektif ditinjau dari sudut pandang orang kristen yang dewasa.
- Selama kita menunggu jawaban, berdoalah dengan iman dan kesabaran.
- Evaluasi. Jika kita sudah mengerjakan langkah-langkah di atas tetapi jika doa tidak menjadi kenyataan, koreksilah apakah kita sedang tidak taat, kurang percaya, kurang sabar atau salah memegang janji Allah.
***
dipercantik oleh Ignatius Sapto Condro A.B.
Thursday, November 26, 2009
Melihat Konflik, Melihat ke Dalam
oleh Ignatius Sapto Condro A.B.
"Perdamaian... Perdamaian...
Banyak yang cinta damai...
tapi perang semakin ramai..."
(penggalan lagu Perdamaian karangan Haji Ukat)
Sering kita menghadapi konflik dengan sesama kita dengan berbagai alasan. Sebelum melibatkan diri dalam konflik, sudah selayaknya kita melihat ke dalam diri kita sendiri. Apakah ada sesuatu dalam diri kita yang menyediakan bara atau api yang menyebabkan adanya api konflik.
Mari kita baca cerita berikut
(yang sudah banyak beredar dari email ke email, milis ke milis, blog ke blog, notes ke notes)
Di suatu desa yang terpencil terdapat rumah aneh yang disebut Rumah 1000 Cermin. Suatu hari Coki, anjing kecil, sedang berjalan-jalan di desa itu dan melintasi Rumah 1000 Cermin. Ia tertarik pada rumah itu dan memutuskan untuk masuk melihat-lihat apa yang ada di dalamnya. Ia melompat-lompat ceria lalu menaiki tangga rumah dan masuk melalui pintu depan. Telinganya terangkat tinggi-tinggi. Ekornya bergerak kipit-kipit secepat mungkin. Ia tersenyum lebar dan tampak olehnya seribu wajah anjing dengan senyum lebar, hangat, dan bersahabat. Dia meninggalkan rumah itu sambil merasa "Tempat ini sangat menyenangkan. Coki akan kembali mengunjunginya sesering mungkin."
Kemudian anjing lain bernama Bleki datang ke rumah itu. Dia tidak seceria Coki. Dengan perlahan, ia menaiki tangga rumah dan masuk melalui pintu. Ketika di dalam, ia terkejut melihat ada seribu wajah anjing yang muram dan tidak bersahabat. Dia lalu menggeram. Tampaklah seribu anjing yang menggeram dengan menyeramkan. Ia merasa ketakutan dan segera keluar dari rumah, "Tempat ini sungguh menakutkan, Bleki takkan pernah mau kembali ke sini lagi."
Bandingkan cerita di atas dengan Mat 22:39, Luk 10:27-28, dan Mrk 12:31,33.
Bagaimana kesan yang ditangkap?
Apa saja yang ada dalam diri kita?
- Yak 3:16
- Yak 4:1-3
- 1 Tim 6:4
Bagaimana pesan Kitab Suci dalam menghadapi konflik?
- 1 Kor 13:4-7
- Gal 6:4-5
- Ef 6:4
- Tit 3:2
- Mrk 9:35
"Semua wajah di dunia ini adalah cermin wajah kita sendiri. Wajah bagaimanakah yang tampak pada orang-orang yang Anda jumpai?"
Wednesday, November 25, 2009
Ketaatan Hidup Seorang Murid
Bacaan:
- Keluaran 24:1-8
- 1 Samuel 15:1-35
- Yohanes 14:23,24a
Saul diangkat menjadi raja pertama di atas seluruh bangsa Israel pada saat yang menentukan untuk Israel. Saat itu Israel diancam terus oleh orang Filistin yang mendiami daratan di pinggir Laut Tengah tetapi yang hendak naik ke daerah pegunungan yang didiami bangsa Israel. Pada 1 Samuel 11 diuraikan bahwa setelah Musa dan Yosua, hanya Saul yang berhasil mengunpulkan seluruh bangsa Israel (semua sukunya) untuk melawan musuh mereka. Dengan demikian Saul menunjukkan keperkasaannya. Akan tetapi, tak lama lagi Saul ditolak oleh Tuhan sebagai raja bagi umat pilihan-Nya. Penolakannya dicantumkan pada 1 Samuel 15. Itu karena ketidaktaatannya.
Perintah Tuhan yang disampaikan melalui nabi Samuel jelas dan tegas - "Pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuana, laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta maupun keledai" (1 Samuel 15:3).
Tetapi Saul menyelamatkan Agag, raja Amalek, beserta kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dan tambun, anak domba dan segala yang berharga (ayat 9). Ketika ditanya Samuel mengapa semuanya tidak dibunuh, Saul menjawab, "Semuanya itu dibawa dari pada orang Amalek, sebab rakyat menyelamatkan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dengan maksud untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu; tetap selebihnya telah kami tumpas" (ayat 15).
Saul menyatakan, "Aku mendengarkan suara TUHAN" (ayat 20) dan "Aku taat kepada suara TUHAN". Tetapi Samuel menjawab, "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik daripada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik daripada lemak domba-domba jantan. Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja" (ayat 22-23).
Pada Keluaran 24 diuraikan mengenai upacara pengikatan perjanjian antaea TUHAN dengan bangsa Israel. Pada waktu itu bangsa Israel menyatakan pada ayat 7, "Segala firman TUHAN akan kami lakukan dan akan kami dengarkan (yaitu taati)". Tetapi ternyata bangsa Israel tetap tidak taat meskipun dengan mulut mereka menyatakan ingin taat kepada Tuhan. Oleh karena itu para nabi selalu menghimbau mereka untuk kembali kepada Tuhan.
Sebelum Tuhan Yesus meninggalkan murid-murid-Nya, Dia menegaskan kepada mereka, "jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firmanKu dan BapaKu akan mengasihi Dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia. Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firmanKu; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah daripadaKu melainkan dari Bapa yang mengutus Aku" (Yohanes 14:23-24)
Ciri khas seorang murid Tuhan Yesus ialah ketaatan. Taat kepada Tuhan. Taat kepada firman Tuhan. Taat sampai mati.
Pertanyaan
- Apakah yang dapat kita pelajari dari peringatan pada 2 Tesalonika 1:6-8?
- Bagaimanakah dapat kita berpegang pada prinsip yang diutarakan oleh Petrus dan Yohanes pada Kis 4:19?
- Apakah yang dapat kita pelajari dari contoh Tuhan Yesus pada Ibrani 5:7-10?
- Apakah yang dapat kita pelajari dari contoh Abraham pada Ibrani 11:8-10?
***
dipercantik oleh Ignatius Sapto Condro A.B.
Sunday, November 22, 2009
Enrico, Sang Pengampun
HARGA SEBUAH PENGAMPUNAN
Di Paris, sebelum Perang Dunia II, tinggal seorang Perancis keturunan Italia bernama Enrico. Dia berusaha di bidang bisnis konstruksi. Tidak lama setelah mengenal Tuhan Yesus Kristus sebagai Juru Selamat secara pribadi, dia keluar pada larut malam, berjalan-jalan di tempat penjualan kayu miliknya.
Pada saat itu, dia melihat dua bayangan melompat dari sebuah truk dan berjalan memasuki tempat penjualan kayunya. Dia berhenti dan berdoa.
"Tuhan, apa yang harus kulakukan?" Sebuah rencana memasuki pikirannya.
Dia berjalan menuju kedua orang yang sedang memuat beberapa batang kayunya itu ke truk mereka. Dengan tenang, dia mulai membantu menolong mereka mengangkut kayu.
Setelah beberapa menit, dia bertanya kepada mereka, "Untuk apa kayu-kayu ini?"
Mereka memberitahunya dan dia menunjuk ke tumpukan kayu yang lain. "Kayu yang di sana itu lebih baik untuk itu," jelasnya.
Ketika truk itu sudah penuh, seorang dari mereka berkata kepada Enrico, "Engkau jelas seorang pencuri yang baik!"
"Oh, tetapi aku bukan seorang pencuri," jawabnya.
"Tentu saja! Kau telah menolong kami tengah malam begini. Kau tahu apa yang kami lakukan."
"Ya, aku tahu apa yang kalian lakukan, tetapi aku bukan seorang pencuri," katanya. "Kalian tahu, aku bukan pencuri karena ini adalah tempat penjualan kayu milikku dan ini adalah kayuku."
Kedua orang itu sangat ketakutan. Orang Kristen itu menjawab, "Jangan takut. Aku tahu apa yang kalian lakukan, tetapi aku memutuskan untuk tidak memanggil polisi. Jelas kalian belum tahu bagaimana untuk hidup secara benar, jadi aku akan mengajari kalian. Kalian boleh memiliki kayu itu, tetapi lebih dulu aku ingin kalian mendengar apa yang perlu kukatakan."
Dia memiliki dua orang pendengar! Kemudian pria itu mendengarkannya, dan tiga hari kemudian keduanya bertobat. Yang satu menjadi pendeta dan yang lainnya menjadi pemimpin gereja. Sejumlah kayu adalah harga yang terlalu murah bagi dua jiwa. Yesus mengajar kita, bahwa satu jiwa jauh lebih berharga daripada seluruh dunia.
Jadi, bukan pemberian kayu itu yang membuat kedua orang itu datang kepada Kristus, melainkan tindakan pengampunan yang diulurkannya ketika mereka tertangkap sedang mencuri. Mereka tahu Enrico dapat saja membuat mereka tertangkap dan mereka tahu juga, bahwa orang ini mengampuni mereka, bahkan sebelum mereka bertobat. Tindakan seperti itulah yang dilakukan Yesus di kayu salib. Dia mengulurkan pengampunan-Nya kepada kita sebelum kita bertobat.
Langkah pengampunan berikutnya yang dilakukan oleh Enrico lebih mahal daripada sejumlah kayu.
Peristiwa ini terjadi setelah Nazi menginvasi dan mengambil alih Perancis. Pada suatu malam, sebuah keluarga Yahudi datang ke rumahnya. Dia membawa mereka masuk, menyembunyikan mereka dari Gestapo selama dua tahun. Akhirnya, seseorang menemukan rahasianya dan melaporkannya. Gestapo datang dan mengambil keluarga Yahudi itu, kemudian menangkap Enrico.
Natal 1944, beberapa bulan setelah penangkapannya, Enrico masih di penjara. Komandan kamp memanggilnya untuk melihat hidangan lezat yang tersaji di atas meja. Komandan itu berkata, "Aku ingin kamu melihat makan malam Natal yang dikirimkan istrimu untukmu sebelum aku menikmatinya. Istrimu juru masak yang hebat! Dia telah mengirimimu makanan setiap hari selama kamu di penjara dan akulah yang menikmati semua makanan itu."
Saudara Kristen kita ini amat kurus, hanya tinggal tulang dibungkus kulit. Matanya kosong memancarkan rasa lapar. Tetapi dia melihat ke makanan yang tersaji di atas meja itu dan berkata, "Aku tahu istriku ahli masak yang hebat! Aku yakin engkau pasti menikmati makan malam Natal ini."
Komandan itu memintanya untuk mengulangi apa yang dikatakannya. Enrico mengulangi ucapannya dan menambahkan, "Aku harap engkau menikmati makan malam ini karena aku mengasihimu."
Komandan itu berteriak, "Keluarkan dia dari sini! Dia sudah gila!"
Perang berakhir dan Enrico dibebaskan. Perlu waktu dua tahun baginya untuk memulihkan kembali kesehatannya. Dan Allah juga mulai memberkati usahanya kembali.
Dia memutuskan untuk mengajak istrinya kembali ke kota tempat dia dipenjarakan, untuk mengucapkan syukur kepada Allah yang telah menyelamatkan nyawanya.
Ketika mereka tiba, mereka mendapat kabar, bahwa mantan komandan penjara itu tinggal di desa yang sama. Sekali lagi, Allah memberi sebuah gagasan kepada Enrico untuk pengampunan yang kreatif. Dia teringat bahwa komandan itu senang pada masakan istrinya. Mereka berbelanja, mencari sebuah tempat untuk memasaknya dan tidak lama kemudian, mereka muncul di pintu rumah komandan itu dengan dua keranjang makanan.
Mereka diundang masuk. Kemudian Enrico berkata, "Engkau tidak mengenali saya, bukan?" Enrico jelas telah berubah. Berat badannya telah kembali seperti semula.
Komandan itu menggelengkan kepalanya.
Kemudian Enrico mengingatkannya, "Pada hari Natal tahun 1944, saya sedang berada di kantormu. Saya mengatakan bahwa saya mengasihimu dan engkau menganggap saya gila."
Mantan komandan itu tampak pucat dan menjauhinya. Teman Kristen kita berkata, "Jangan takut! Kami tidak datang untuk menyakitimu. Dulu saya mengatakan bahwa saya mengasihimu dan saya masih tetap mengasihimu."
Komandan itu berdiri terpaku dengan mata menerawang.
"Saya tidak gila, saya benar-benar mengasihimu. Dan saya ingin menunjukkan kepadamu bahwa saya serius. Perang telah usai. Sekarang waktu damai. Istri saya dan saya ingin duduk bersamamu dan istrimu untuk makan bersama. Maukah engkau menerima permohonan kami?"
Saat mereka mulai menikmati makanan melimpah yang dimasak istri Enrico, komandan itu tiba-tiba menurunkan pisau dan garpunya. "Apa yang hendak kaulakukan terhadapku?"
Teman Kristen kita menjawab, "Tidak ada. Kami hanya ingin engkau tahu bahwa kami mengasihimu. Kami mengampunimu."
"Bagaimana engkau dapat melakukan hal itu?"
"Kami jelas tidak mampu melakukan hal ini dengan kekuatan kami sendiri," kata Enrico, "tetapi Yesus Kristus mengajari kami untuk mengampuni." Enrico bersaksi tentang Yesus, dan sebelum orang itu dapat melanjutkan makannya, dia berlutut untuk menerima Yesus sebagai Juru Selamatnya pribadi.
Bahan diambil dari sumber:
Judul buku: Menang Dengan Cara Allah
Judul asli: Winning God's Way
Penulis : Loren Cunningham dan Janice Rogers
Penerbit : Yayasan Andi, Yogyakarta 2000
Halaman : 123 -- 127
***
Tulisan ini diambil dari blog lama Perki Bremen
Benih vs 4 Jenis Tanah
oleh Felix Pasila
Bacaan: Matius 13:3-23
Di dalam Perjanjian Baru (Mat 13), ada tujuh buah perumpamaan yang menjelaskan arti realita, karakteristik dan juga aspek-aspek yang berbeda dari Kerajaan Allah:
- Penabur dan Benih
- Musuh yang Menabur Lalang (ilalang)
- Biji sesawi
- Ragi
- Harta Terpendam
- Mutiara yang Indah
- Pukat
Pertama, "... Sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis." (Mat 13:4,19)
Ciri-ciri: Tidak butuh nasehat, merasa diri benar, tidak punya keinginan belajar dari orang lain.
Bagaimana menolong orang jenis pertama?
..............................................................................
Kedua, "... Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya karena tanahnya tipis ... sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar." (Mat 13:5-6,20-21)
Ciri-ciri: Minim penerapan, no action, menganggap pertumbuhan karakter bukan prioritas
Bagaimana menolong orang jenis kedua?
..............................................................................
Ketiga, "... Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati." (Mat 13:7,22)
Ciri-ciri: menganggap pemenuhan kebutuhan pribadi lebih penting daripada pengenalan akan Allah (sorga lebih penting daripada Yesus), tidak nyaman dengan kondisi sekarang, tidak pernah puas, mudah terpengaruh sekitar.
Bagaimana menolong orang jenis ketiga?
..............................................................................
Keempat, "... sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat." (Mat 13:8,23)
Ciri-ciri: kebergantungan pada Allah selalu ditunjukkan, rendah hati, dan menganggap orang lain lebih utama, selalu ingin membagi kabar baik pada orang lain.
Bagaimana menolong orang jenis keempat?
..............................................................................
Penerapan:
Bagaimana dengan kehidupan Saudara? Jenis tanah apa yang Saudara miliki?
Apa peran Saudara di Perki melalui pelajaran ini?
"karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri" (Filipi 2:2-3)
***
dipercantik oleh Ignatius Sapto Condro A.B.
Thursday, November 5, 2009
Pencobaan dan Penderitaan
TELADAN DAUD (Mazmur 6)
1. Yang dirasakan Daud saat dalam pergumulan (ayat 3-8): ____________________
2. Reaksi Daud saat mengalami kejatuhan (ayat 9-11): ____________________
TUJUAN PENDERITAAN
Penderitaan dapat membawa kita pada kehidupan yang lebih dalam dan penuh bila kita terima dengan kesabaran dan kerendahan hati.
3. Tujuan dan fungsi penderitaan
Mzm. 199:67 _______________ |
Mzm. 119: 71 _______________ |
2 Kor 12:9 _______________ |
Yak 1:2- 4 _______________ |
MENGANDALKAN KRISTUS DALAM PENCOBAAN
Saat kita memandang ke atas dan memusatkan perhatian kepada Allah, maka sesuatu yang baik terjadi. Mata kita tidak lagi tertuju kepada diri sendiri dan kita pun memperoleh sikap penghargaan yang baru terhadap Dia. Jika di kemudian hari Anda jatuh, cobalah memandang ke atas kepada Allah.
4. Karena Tuhan Yesus, Putra Allah, telah menjadi manusia, maka Dia juga dapat memahami berbagai ujian dan pencobaan yang kita hadapi. Dia memahami setiap dukacita, derita, dan kesulitan yang kita hadapi.
Ibrani 2: 18 _______________ |
Ibrani 4: 15 _______________ |
Ibrani 2: 14-17 _______________ |
5. Alasan kita bisa mengandalkan Kristus dalam pencobaan:
Mazmur 47:9 ____________________ | Mat. 6:26 ________________________ |
1 Yoh. 4:9,10 ____________________ | Yak 1: 2-4 ________________________ |
Hidup kerap kali tampak tak tertahankan. Namun, janganlah hal itu membuat Anda terus jatuh. Renungkanlah kebaikan Allah, berbicaralah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Dia mendengarkan Anda (Mazmur 6:10). Semua itu akan memberi Anda kekuatan untuk bangkit saat Anda jatuh —Dave Branon
PENERAPAN: ______________________________
***
diambil dari Blog lama Perki Bremen
Suatu Hubungan yang Baru
Eksposisi Yohanes 15
Bacaan:
Yohanes 15:1-8
Pengantar:
Ada banyak orang yang bertanya, sebenarnya apakah yang membedakan antara iman orang Kristen dengan yang bukan Kristen. Dan jawaban terperincinya pun juga ada banyak. Salah satu di antaranya adalah dalam hal hubungan antara Pencipta dan ciptaan-Nya. Kali ini kita akan melihatnya dari sudut pandang yang umum dalam kekristenan, yaitu melihat dari ilustrasi yang diberikan oleh Yesus sendiri.
Renungan:
Q1: Bagaimana Yesus menggambarkan hubungan antara Pencipta dan ciptaan-Nya dalam ilustrasi pokok anggur tersebut?
Yoh 15:4-5
Yoh 15:1,15
Q2: Mengapa kita harus tinggal dan menjadi satu dengan pokok anggur tersebut?
Yoh 15:4-5,18-19
Yoh 15:7-8
Yoh 15:11
Q3: Kehidupan seperti apakah yang dimaksud dengan "Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu"?
Yoh 15:2-3,6
Yoh 15:9-10,12-13,17
Yoh 15:26-27
Penutup:
Pernah ada anak lelaki dengan watak buruk. Ayahnya memberi dia sekantung penuh paku, dan menyuruh memaku satu batang paku di pagar pekarangan setiap kali dia kehilangan kesabarannya dan berselisih paham dengan orang lain.
Hari pertama, dia memaku 37 batang di pagar. Pada minggu-minggu berikutnya, dia belajar untuk menahan diri. Lalu jumlah paku yang dipakainya berkurang dari hari ke hari. Dia mendapatkan bahwa lebih gampang menahan diri daripada memaku di pagar.
Akhirnya tiba hari ketika dia tidak perlu lagi memaku sebatang paku pun dan dengan gembira disampaikannya hal itu kepada ayahnya. Ayahnya kemudian menyuruhnya mencabut sebatang paku dari pagar setiap hari bila dia berhasil menahan diri/bersabar.
Hari-hari berlalu dan akhirnya tiba harinya dia bisa menyampaikan kepada ayahnya bahwa semua paku sudah tercabut dari pagar. Sang ayah membawa anaknya ke pagar dan berkata "Anakku, kamu sudah berlaku baik tetapi coba lihat betapa banyak lubang yang ada di pagar."
"Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur." (Kolose 2:7)
***
dipercantik oleh Ignatius Sapto Condro A.B.
Wednesday, November 4, 2009
Bersahabat dengan Yesus
- Yesus adalah pribadi yang tulus. Tak ada kemunafikan yang disimpan-Nya. Ketika kita bersahabat dengan Yesus, Ia menjadi faktor yang mampu membangun motivasi kita untuk melakukan segala sesuatu dengan tulus.
- Yesus memiliki karakter yang terbuka dan setia. Keterbukaan ditunjukkan Yesus dengan menerima siapapun yang mau datang pada-Nya. Seorang kaya, berpangkat atau pengemis sekalipun, jika mau datang pada-Nya, akan disambut Yesus dengan tangan terbuka. Begitu pula kesetiaan-Nya sungguh teruji dan dahsyat. Meski berkali-kali kita menyakiti hati Yesus, Ia tetap setia. Jadi belajarlah untuk tekun dan setia berjalan bersama-Nya.
- Yesus memiliki sifat yang suka menolong. Sebagai sahabat yang sejati, Ia tak sungkan mengorbankan segala sesuatunya bagi hidup manusia. Bahkan nyawa-Nya sendiri rela dikorbankan untuk menebus hidup kita dari dosa dan maut. Kita pun seharusnya bisa merefleksikan iman dengan membuka hati dan membantu yang membutuhkan pertolongan. Tidak mengeksklusifkan diri, memandang remeh orang lain, dan mengeraskan hati atas penderitaan orang lain.
The Agents of Change
- Roma 8:28
- Ayub 1:6-12
- Roma 12:2
- Matius 5:16
- Maleakhi 3:6
- Yesaya 30:15-16
- Lukas 1:26-38
- Filipi 4:8-9
- II Timotius 3:12-17
- Matius 6:33-34
Sunday, November 1, 2009
Penguasaan diri seorang murid
- 2 Timotius 4:1-5
- 2 Petrus 1:3-11
- Mengapa sebagai murid Tuhan Yesus, kita bergumul terus menguasai diri dalam aspek-aspek hidup berikut ini:
- membalas dendam (lihat Roma 12:9-21)?
- marah terhadap sesamanya (lihat Efesus 4:26)?
- mengucapkan kata.kata yang kasar ataupun kotor (lihat Yakobus 3:1-11)?
- tindakan atau perbuatan yang bersifat keras?
- di atas
- Sebelum Rasul Paulus memberi nasihat kepada Timotius supaya "kuasailah dirimu dalam segala hal", mengapa dia dengan sengaja menekankan peranan firman Tuhan pada 2 Timotius 3:10-17?
- Apakah perbedaan antara pendekatan yang lain (misalnya bersemedi dll) untuk menguasai diri daripada nasihat dari Rasul Paulus dan Rasul Petrus mengenai menguasai diri?
- Dapatkah kita sebut contoh-contoh dari Tuhan Yesus pada minggu terakhir menjelang kematian-Nya ketika Dia menunjukkan dapat menguasai diri? Bagaimana cara Tuhan Yesus, bahkan di atas kayu salib pun, menunjukkan dapat menguasai diri?
Pemikiran yang penuh doa
Nats : Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? (Mazmur 8:5)
Agustinus merupakan salah seorang pemikir kristiani yang paling hebat sepanjang masa. Yang menarik, ia berdoa dengan khusuk dan efektif ketika sedang serius memikirkan sesuatu. Ia mungkin dijuluki "pemikir yang berdoa". Kerap kali Agustinus mulai menyusun sebuah dalil dan mengakhirinya dengan doa. Kutipan berikut ini adalah salah satu contoh yang diambil dari Confessions, salah satu karya teologinya:
"Betapa terlambat kudatang untuk mengasihi Engkau, Yang Terindah dari dulu dan sekarang; terlambat kudatang untuk mengasihi-Mu .... Engkau telah memanggilku; ya, Engkau bahkan telah membuka telingaku. Cahaya-Mu menyinari aku dan mencelikkan mataku."
Ini bukanlah suatu renungan yang hampa dari seorang teolog gadungan atau filsuf yang hanya mampu memaparkan teori. Akan tetapi, ini adalah pemikiran dari seseorang yang memiliki kehidupan doa yang tulus.
Berpikir sambil berdoa bukanlah suatu hal yang aneh bagi Agustinus. Daud pernah merenungkan keindahan ciptaan sehingga ia menjadi terdorong untuk menyembah Sang Pencipta: "Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya?" (Mazmur 8:4,5).
Pada saat kita menjalani kehidupan, pemikiran terdalam, perasaan, dan doa kita dapat saling bertautan. Ketika kita sedang melihat keindahan alam, atau bahkan sedang menyelesaikan sebuah masalah, maka saat seperti itu dapat menjadi kesempatan untuk berpikir sambil berdoa --HDF
BERPIKIR SAMBIL BERDOA MENUNTUN KITA UNTUK BERSYUKUR DENGAN PENUH ARTI
Sumber: http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2006/03/18/#SABDAweb
Ketika Api Padam
Kata-kata
Ibadah Keluarga
- Luk 10:38-39
- Kis 16:31-34
- I Kor 1:10
- Fil 2:1-2
- Kol 3:16
- Ibr 10:24-25
- I Sam 2:12,29 (pelajaran dari Eli dan anak-anaknya)
- Ul 6:6-9
- Ams 22:6
- Ayub 1:1-5
Buta Jasmani namun Celik Rohani
oleh Wahju Agung diwakili Sannyo
Tema: Markus 10:52 "Rabuni, supaya aku dapat melihat!"
Bacaan renungan: Markus 10:46-52 "Penyembuhan Bartimeus"
"Buta Jasmani namun Celik Rohani"
Kisah dalam bacaan tersebut menceritakan seorang buta yang bernama Bartimeus, yang karena imannya akan Yesus, disembuhkan oleh Yesus dan akhirnya dapat melihat kembali. (Markus 10:52 "Pergilah imanmu telah menyelamatkan engkau!")
Markus mencatat peristiwa ini tidak lama setelah Yesus menyampaikan kepada murid-murid-Nya tentang penderitaan yang harus ditanggung-Nya dan juga para murid. Juga tidak lama setelah terjadi dialog para murid tentang 'pesanan tempat' istimewa di Surga nantinya. Berdasarkan urutan kejadian tersebut, Markus tentu memiliki maksud khusus melaporkan peristiwa pertemuan Bartimeus dengan Yesus. Catatan ini memaparkan suatu fakta yang menarik tentang panggilan hidup orang Kristen yang sebenarnya di hadapan Allah.
- Ayat 46: Deskripsikan keadaan Bartimeus dari keterangan Markus!
- Ayat 47: Bagaimana Bartimeus dapat mengetahui keberadaan Yesus di situ sementara ia adalah seorang buta? Apa yang dilakukan Bartimeus saat mengetahui keberadaan Yesus tidak jauh darinya?
- Ayat 48: Apakah orang-orang di situ bisa melihat keadaan Bartimeus? Apakah mereka mendengarkan teriakan Bartimeus? Mengapa mereka menegurnya?
- Ayat 49-51: Bagaimana Yesus memperlakukan Bartimeus? Samakah dengan yang dilakukan orang banyak itu?
- Ayat 52: Apa yang Yesus temukan dalam diri Bartimeus sehingga ia sembuh?
- Perbedaan apakah yang Anda temukan dan bisa Anda pelajari antara Bartimeus dan orang banyak yang mengikuti Yesus pada waktu itu?
Renungan
Pengenalan yang tepat akan Yesus akan membuat kita menghasilkan tindakan yang tepat.
Bartimeus secara fisik buta tetapi secara iman dia tidak buta. Dia tidak dapat melihat dunia tetapi dia melihat Yesus dalam hatinya dan memercayakan imannya kepada Yesus.
Bartimeus yang buta, yang tidak melihat, namun mengarahkan telinganya, peka akan kehadiran Yesus dan mengenal-Nya sangat baik sehingga ia yakin Yesus mampu menyembuhkannya. Sebaliknya, orang banyak itu bisa melihat namun mereka menutup matanya untuk melihat Bartimeus. Mereka bisa mendengar tetapi menutup telinga atas teriakan Bartimeus. Mungkin dengan alasan agar Yesus tidak terusik atau mereka yang tak terganggu. Apapun alasannya mereka menegur Bartimeus. Yesus sudah menunjukkan bagaimana seharusnya para pengikutnya bersikap.
Kisah ini menyadarkan kita bahwa kita yang dianugerahi mata yang dapat melihat, seringkali tetap buta. Bukan mata kita yang buta melainkan hati kita yang buta. Kadang keindahan yang kita lihat dari mata telah membutakan hati kita. Kadang kita hanya memandang seseorang hanya dari penampilan fisik, prestasi, dan kekayaannya. Kadang kita memeras dan merugikan manusia bahkan seringkali menganggap rendah orang lain. Hati kita buta akan kasih Yesus sehingga kita memercayakan semuanya kepada penglihatan duniawi tapi tak melihat kasih Yesus.
Akan sungguh indah apabila kita dapat melihat kehidupan tidak hanya dari mata tetapi juga dari hati, dari iman kan Yesus, yaitu kasih.
Bahan sharing:
Apakah hati kita benar telah melihat kasih Yesus ataukah masih buta?
Inginkah kita menjadi seorang Bartimeus?
***
diedit sedikit oleh iscab
supaya sesuai EYD