Saturday, November 28, 2009
Tanda Tamat
"Manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa" (Roma 6:6)
Bacaan: Roma 6:1-14
Setahun: 1 Samuel 7-8
Saat lulus SMA, ijazah yang saya terima bertuliskan "Surat Tanda Tamat Belajar". Saya sudah tamat belajar? Tamat bisa diartikan lulus, tuntas, selesai, habis, atau bisa juga mati. Wah, apa tidak salah? Sebenarnya kata ini tidak sepenuhnya salah. Setiap saat kita memang harus tamat atau mati karena kematian adalah awal kehidupan baru. Jadi, rupanya maksud dari "Tanda Tamat Belajar" adalah bahwa siswa sudah mati sebagai pelajar SMA, lalu naik ke jenjang pendidikan lebih lanjut. Dari satu tahap kehidupan, ia harus meneruskan ke tahap kehidupan yang lain.
Ijazah adalah sebuah tanda. Baptisan juga memberi "tanda kematian" kepada kita. Kita dibabtis dalam kematian-Nya (ayat 3), sebagai tanda hidup baru bersama Yesus. "Tanda tamat" manusia lama yang telah disalibkan, "supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar kita jangan menghambakan diri lagi kepada dosa" (ayat 6). Kematian Yesus adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selamanya (ayat 10). Jadi, kematian-Nya juga mematikan kehidupan lama kita, yang dalam kitab Efesus disebut Paulus sebagai hidup dengan "kekerasan hati" (Efesus 4:18) atau "menyerahkan diri kepada nafsu yang menyesatkan" (ayat 19). Entah itu berdusta, marah, mencuri, berkata kotor, berkata kosong, berlaku sembrono, memfitnah, menghina, bertikai, dan segala bentuk kelaliman yang lain.
Setelah kita diberi "tanda tamat" oleh kematian-Nya, mari kita siapkan diri untuk menjalani hidup baru dalam terang Kristus, bahkan untuk berbuah kebaikan, keadilan, dan kebenaran. Mari jagai hidup kita agar tidak menyerah dan menjadi senjata kelaliman. Agar diri kita sungguh mati terhadap dosa, setiap saat! -- AGS
"Bila Anda bersedia mati untuk setiap menit, Anda akan sungguh-sungguh hidup." -- Anthony de Mello, S.J.
***
diambil dari Gloria Cyber Ministries - Renungan Harian
http://www.glorianet.org/rh/032008/22.html
diunggah dan dipercantik oleh Ignatius S. Condro A.B.
Perumpamaan tentang Talenta
Bacaan: Matius 25:14-30
Saat kita menerima hadiah, kita selalu dihadapkan pada dua pilihan.
Pilihan yang pertama adalah hadiah ini sangat berharga, sehingga kita tidak dapat mengambil resiko untuk membukanya. Mereka yang mengikuti pilihan pertama ini menyadari bahwa ketika hadiah dibuka, mungkin akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Membuka hadiah selalu beresiko.
Respon yang kedua adalah hadiah ini sangat berharga, sehingga kita harus mengambil resiko untuk membukanya. Mereka yang mengikuti pilihan kedua menyadari bahwa dengan tidak membukanya berarti membiarkan isinya menjadi tidak berguna sama sekali. There is no tragedy like the tragedy of the unopened gift.
Kita semua diberi hadiah/talenta dalam hidup ini. Bersamaan dengan hadiah itu, kita juga dihadapkan pada pilihan apakah kita akan membuka dan menggunakan hadiah itu atau tidak. Membuka atau tidak membuka hadiah yang Tuhan berikan pada kita berhubungan erat dengan pertumbuhan kita. Manusia dan semua benda hidup diciptakan untuk bertumbuh. Kita senang melihat segala sesuatu bertumbuh, contoh: orang tua yang melihat anaknya tumbuh, pemimpin perusahaan yang melihat perusahaannya berkembang, dll. Pertumbuhan adalah suatu mukjizat. Untuk bertumbuh, kita dihadapkan pada resiko, sama seperti pilihan untuk membuka hadiah.
Contoh: Cerita Yesus berjalan di atas air (Matius 14:22-33)
Ada dua karakter dalam cerita itu, yaitu Petrus dan murid-murid yang lain.
- Petrus adalah contoh orang yang memilih pilihan kedua ketika dia berhadapan dengan pilihan untuk berjalan di atas air.
- Orang yang tetap diam di dalam perahu adalah mereka yang mengikuti pilihan pertama.
Referensi:
Ortberg, J. 2001. If you want to walk on water, you've got to get out of the boat. Chapter 2. Zondervan, Grand Rapids, Michigan 49530
***
Perumpamaan tentang talenta
(Matius 25:14-30)
Yesus mengajarkan kita 3 prinsip dasar tentang Tuhan, Tuan dalam hidup kita, yang menawarkan kesempatan besar pada kita:
1. Dia adalah Allah pemberi (ayat 14-18)
Keberadaan dan sifat Yesus sebagai tuan
........................................................................
Jadi Yesus menceritakan perumpamaan tentang talenta ini karena Allah Sang Pemberi menawarkan satu kesempatan besar dalam hidup kita.
Respon para hamba: Apa yang ketiga orang itu lakukan? (ayat 16-18)
- Hamba pertama dan kedua ...............................................................
- Hamba ketiga .....................................................................................
Dari cerita ini kita bisa mendapatkan makna bahwa
- Tuhan adalah Tuan yang sangat murah hati
- Tidak ada seorang pun yang tidak memiliki talent
- Bahkan, Tuhan mengajak kita berpartner dalam mengembangkan talenta itu.
2. Dia adalah Allah yang memperhitungkan (ayat 19-30)
Sang Tuan ternyata tidak membiarkan ketiga orang itu tanpa membuat perhitungan (ayat 19). Hamba ketiga tidak menyadari hal yang tidak terelakan dalam hidupnya. Dia lupa bahwa Sang Tuan, pasti kembali.
Tentang hamba ketiga, mengapa dia berbuat demikian?
- iri hati
- Membandingkan talentanya dengan yang lain?
- Ayat 25 .........................................................................
- Ayat 26 .........................................................................
3. Dia adalah Allah yang memberi penghargaan
- Respon Sang Tuan ketika mendapatkan hambanya berhadil mengembangkan talenta (ayat 21 dan 23) ..........................................................
- Bagi dia yang menguburkan talenta (ayat 26, 28, 30) .....................................................
4. Respon dan penerapan (ayat 29-30)
- Harga yang harus dibayar dengan keluar dari perahu (seperti Petrus, hamba pertama dan kedua) ...............................................................................
- Harga yang harus dibayar dengan tetap diam di dalam perahu (seperti murid-murid lain dan hamba ketiga) ............................................................
- Penerapan .........................................................................
***
dipercantik oleh Ignatius Sapto Condro A.B.
Iman dan Janji Allah
Pada suatu ketika sekelompok orang bertanya kepada Yesus bagaimana mereka dapat mengerjakan pekerjaan Allah. Yesus menjawab "inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Allah!" (Yohanes 6:29). Allah menghendaki kepercayaan dan iman dari setiap orang karena "Tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah." (Ibrani 11:6). Tetapi seringkali dalam masyarakat modern, iman tidak lebih daripada pikiran yang muluk-muluk; "Saya harap segala sesuatu akan berjalan dengan lancar. Saya "beriman" bahwa hal itu akan terjadi." Konsep iman menurut pandangan Alkitab jauh melampaui pemikiran dangkal seperti itu dan iman merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk berjalan dengan Kristus.
A. HIDUP OLEH IMAN
Iman bukan perasaan atau kesan. Iman bukan juga suatu kebenaran yang kita yakini sendiri atau semacam indoktrinasi diri. Iman berarti percaya dan menerima begitu saja apa yang telah dijanjikan Allah dalam Alkitab. Seperti sikap percaya dan menerima yang dimiliki seorang anak, iman ialah tetap percaya meskipun tidak tahu apa yang mungkin terjadi. Iman hanya mengandalkan janji dan pembuat janji. (Mendoakan janji Allah, Tom Yeakly)
1. Bagaimana definisi iman menurut Ibrani 11:1?
2. Apakah yang dimungkinkan oleh iman kepada Allah?
- Matius 21:22
- Efesus 3:12
- 1 Yohanes 5:4,5
- Efesus 6:16
3. Hal-hal penting apakah yang kita pelajari dalam kehidupan iman Abraham?
- Roma 4:20,21
- Ibrani 11:8-12
Kapan waktunya mulai beriman?
4. Dari Matius 7:7-11, Yesus menyuruh kita untuk meminta, mencari, dan mengetok bila kita bisa menerima ini sebagai kegiatan terus menerus dan bukan hanya satu kali saja. Tetapi kita sering cepat putus asa dan menentukan sendiri batas akhir jawaban Allah atas doa kita. Apa yang kita pelajari dari ayat-ayat ini mengenai kesabaran dan iman?
- Yesaya 40:31
- Yakobus 1:3-4
B. IMAN KEPADA JANJI ALLAH
Janji adalah suatu yang dapat dipercayai, sesuatu yang dapat dipegang dengan penuh keyakinan. Seperti janji-janji seorang ayah kepada anak-anaknya, di dalam Alkitab terdapat janji Allah bagi anak-anak rohaniNya. Ada janji yang bersifat umum yang diberikan untuk banyak orang dan sepanjang waktu, ada janji khusus kepada seseorang sesuai dengan situasi unik pada waktu tertentu.
5. Bagaimana sifat yang dimiliki Allah?
- Bilangan 23:19
- Ayub 42:2
6. Allah telah memberikan janji-janji di dalam FirmanNya? Apa yang dijanjikanNya
- Filipi 4:19
- Yeremia 33:3
- Roma 8:32
7. Pelajari kehidupan tokoh-tokoh di bawah ini, bagaimana mereka mengklaim dan meyakini janji Allah dalam pergumulan hidupnya?
- Nehemia (Nehemia 1:1-11)
- Daud (2 Samuel 7)
- Musa (Keluaran 32:11-15)
- Abraham (Ibrani 11:8-17)
- Sadrakh, Mesakh, Abednego (Daniel 3:16-26)
8. Hal-hal apakah yang menyebabkan kita tidak mendapatkan apa yang kita imani?
- Tidak percaya (Markus 6:1-6)
- Tidak taat (Yohanes 14:21)
- Kurang sabar (Efesus 6:18)
- Salah memegang janji (Yakobus 4:3)
C. PENERAPAN
Bagaimana cara memegang janji-janji Allah?
- Serahkanlah kehidupan kepada Dia.
- Berdoa dan meminta pimpinan-Nya.
- Carilah janji-janji itu. Tafsirkan dengan benar, kenali latar-belakangnya, renungkan dan doakan.
- Peganglah janji itu bila kita merasa damai sejahtera dan berdoalah bahwa kita mempercayai janji itu.
- Selama berdoa, ujilah apakah janji itu bertahan setelah melalui bimbingan Ilahi. Mintalah teman rohani untuk menolong kita melihat sisi pro-kontra secara objektif ditinjau dari sudut pandang orang kristen yang dewasa.
- Selama kita menunggu jawaban, berdoalah dengan iman dan kesabaran.
- Evaluasi. Jika kita sudah mengerjakan langkah-langkah di atas tetapi jika doa tidak menjadi kenyataan, koreksilah apakah kita sedang tidak taat, kurang percaya, kurang sabar atau salah memegang janji Allah.
***
dipercantik oleh Ignatius Sapto Condro A.B.
Thursday, November 26, 2009
Melihat Konflik, Melihat ke Dalam
oleh Ignatius Sapto Condro A.B.
"Perdamaian... Perdamaian...
Banyak yang cinta damai...
tapi perang semakin ramai..."
(penggalan lagu Perdamaian karangan Haji Ukat)
Sering kita menghadapi konflik dengan sesama kita dengan berbagai alasan. Sebelum melibatkan diri dalam konflik, sudah selayaknya kita melihat ke dalam diri kita sendiri. Apakah ada sesuatu dalam diri kita yang menyediakan bara atau api yang menyebabkan adanya api konflik.
Mari kita baca cerita berikut
(yang sudah banyak beredar dari email ke email, milis ke milis, blog ke blog, notes ke notes)
Di suatu desa yang terpencil terdapat rumah aneh yang disebut Rumah 1000 Cermin. Suatu hari Coki, anjing kecil, sedang berjalan-jalan di desa itu dan melintasi Rumah 1000 Cermin. Ia tertarik pada rumah itu dan memutuskan untuk masuk melihat-lihat apa yang ada di dalamnya. Ia melompat-lompat ceria lalu menaiki tangga rumah dan masuk melalui pintu depan. Telinganya terangkat tinggi-tinggi. Ekornya bergerak kipit-kipit secepat mungkin. Ia tersenyum lebar dan tampak olehnya seribu wajah anjing dengan senyum lebar, hangat, dan bersahabat. Dia meninggalkan rumah itu sambil merasa "Tempat ini sangat menyenangkan. Coki akan kembali mengunjunginya sesering mungkin."
Kemudian anjing lain bernama Bleki datang ke rumah itu. Dia tidak seceria Coki. Dengan perlahan, ia menaiki tangga rumah dan masuk melalui pintu. Ketika di dalam, ia terkejut melihat ada seribu wajah anjing yang muram dan tidak bersahabat. Dia lalu menggeram. Tampaklah seribu anjing yang menggeram dengan menyeramkan. Ia merasa ketakutan dan segera keluar dari rumah, "Tempat ini sungguh menakutkan, Bleki takkan pernah mau kembali ke sini lagi."
Bandingkan cerita di atas dengan Mat 22:39, Luk 10:27-28, dan Mrk 12:31,33.
Bagaimana kesan yang ditangkap?
Apa saja yang ada dalam diri kita?
- Yak 3:16
- Yak 4:1-3
- 1 Tim 6:4
Bagaimana pesan Kitab Suci dalam menghadapi konflik?
- 1 Kor 13:4-7
- Gal 6:4-5
- Ef 6:4
- Tit 3:2
- Mrk 9:35
"Semua wajah di dunia ini adalah cermin wajah kita sendiri. Wajah bagaimanakah yang tampak pada orang-orang yang Anda jumpai?"
Wednesday, November 25, 2009
Ketaatan Hidup Seorang Murid
Bacaan:
- Keluaran 24:1-8
- 1 Samuel 15:1-35
- Yohanes 14:23,24a
Saul diangkat menjadi raja pertama di atas seluruh bangsa Israel pada saat yang menentukan untuk Israel. Saat itu Israel diancam terus oleh orang Filistin yang mendiami daratan di pinggir Laut Tengah tetapi yang hendak naik ke daerah pegunungan yang didiami bangsa Israel. Pada 1 Samuel 11 diuraikan bahwa setelah Musa dan Yosua, hanya Saul yang berhasil mengunpulkan seluruh bangsa Israel (semua sukunya) untuk melawan musuh mereka. Dengan demikian Saul menunjukkan keperkasaannya. Akan tetapi, tak lama lagi Saul ditolak oleh Tuhan sebagai raja bagi umat pilihan-Nya. Penolakannya dicantumkan pada 1 Samuel 15. Itu karena ketidaktaatannya.
Perintah Tuhan yang disampaikan melalui nabi Samuel jelas dan tegas - "Pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuana, laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta maupun keledai" (1 Samuel 15:3).
Tetapi Saul menyelamatkan Agag, raja Amalek, beserta kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dan tambun, anak domba dan segala yang berharga (ayat 9). Ketika ditanya Samuel mengapa semuanya tidak dibunuh, Saul menjawab, "Semuanya itu dibawa dari pada orang Amalek, sebab rakyat menyelamatkan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dengan maksud untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu; tetap selebihnya telah kami tumpas" (ayat 15).
Saul menyatakan, "Aku mendengarkan suara TUHAN" (ayat 20) dan "Aku taat kepada suara TUHAN". Tetapi Samuel menjawab, "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik daripada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik daripada lemak domba-domba jantan. Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja" (ayat 22-23).
Pada Keluaran 24 diuraikan mengenai upacara pengikatan perjanjian antaea TUHAN dengan bangsa Israel. Pada waktu itu bangsa Israel menyatakan pada ayat 7, "Segala firman TUHAN akan kami lakukan dan akan kami dengarkan (yaitu taati)". Tetapi ternyata bangsa Israel tetap tidak taat meskipun dengan mulut mereka menyatakan ingin taat kepada Tuhan. Oleh karena itu para nabi selalu menghimbau mereka untuk kembali kepada Tuhan.
Sebelum Tuhan Yesus meninggalkan murid-murid-Nya, Dia menegaskan kepada mereka, "jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firmanKu dan BapaKu akan mengasihi Dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia. Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firmanKu; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah daripadaKu melainkan dari Bapa yang mengutus Aku" (Yohanes 14:23-24)
Ciri khas seorang murid Tuhan Yesus ialah ketaatan. Taat kepada Tuhan. Taat kepada firman Tuhan. Taat sampai mati.
Pertanyaan
- Apakah yang dapat kita pelajari dari peringatan pada 2 Tesalonika 1:6-8?
- Bagaimanakah dapat kita berpegang pada prinsip yang diutarakan oleh Petrus dan Yohanes pada Kis 4:19?
- Apakah yang dapat kita pelajari dari contoh Tuhan Yesus pada Ibrani 5:7-10?
- Apakah yang dapat kita pelajari dari contoh Abraham pada Ibrani 11:8-10?
***
dipercantik oleh Ignatius Sapto Condro A.B.
Sunday, November 22, 2009
Enrico, Sang Pengampun
HARGA SEBUAH PENGAMPUNAN
Di Paris, sebelum Perang Dunia II, tinggal seorang Perancis keturunan Italia bernama Enrico. Dia berusaha di bidang bisnis konstruksi. Tidak lama setelah mengenal Tuhan Yesus Kristus sebagai Juru Selamat secara pribadi, dia keluar pada larut malam, berjalan-jalan di tempat penjualan kayu miliknya.
Pada saat itu, dia melihat dua bayangan melompat dari sebuah truk dan berjalan memasuki tempat penjualan kayunya. Dia berhenti dan berdoa.
"Tuhan, apa yang harus kulakukan?" Sebuah rencana memasuki pikirannya.
Dia berjalan menuju kedua orang yang sedang memuat beberapa batang kayunya itu ke truk mereka. Dengan tenang, dia mulai membantu menolong mereka mengangkut kayu.
Setelah beberapa menit, dia bertanya kepada mereka, "Untuk apa kayu-kayu ini?"
Mereka memberitahunya dan dia menunjuk ke tumpukan kayu yang lain. "Kayu yang di sana itu lebih baik untuk itu," jelasnya.
Ketika truk itu sudah penuh, seorang dari mereka berkata kepada Enrico, "Engkau jelas seorang pencuri yang baik!"
"Oh, tetapi aku bukan seorang pencuri," jawabnya.
"Tentu saja! Kau telah menolong kami tengah malam begini. Kau tahu apa yang kami lakukan."
"Ya, aku tahu apa yang kalian lakukan, tetapi aku bukan seorang pencuri," katanya. "Kalian tahu, aku bukan pencuri karena ini adalah tempat penjualan kayu milikku dan ini adalah kayuku."
Kedua orang itu sangat ketakutan. Orang Kristen itu menjawab, "Jangan takut. Aku tahu apa yang kalian lakukan, tetapi aku memutuskan untuk tidak memanggil polisi. Jelas kalian belum tahu bagaimana untuk hidup secara benar, jadi aku akan mengajari kalian. Kalian boleh memiliki kayu itu, tetapi lebih dulu aku ingin kalian mendengar apa yang perlu kukatakan."
Dia memiliki dua orang pendengar! Kemudian pria itu mendengarkannya, dan tiga hari kemudian keduanya bertobat. Yang satu menjadi pendeta dan yang lainnya menjadi pemimpin gereja. Sejumlah kayu adalah harga yang terlalu murah bagi dua jiwa. Yesus mengajar kita, bahwa satu jiwa jauh lebih berharga daripada seluruh dunia.
Jadi, bukan pemberian kayu itu yang membuat kedua orang itu datang kepada Kristus, melainkan tindakan pengampunan yang diulurkannya ketika mereka tertangkap sedang mencuri. Mereka tahu Enrico dapat saja membuat mereka tertangkap dan mereka tahu juga, bahwa orang ini mengampuni mereka, bahkan sebelum mereka bertobat. Tindakan seperti itulah yang dilakukan Yesus di kayu salib. Dia mengulurkan pengampunan-Nya kepada kita sebelum kita bertobat.
Langkah pengampunan berikutnya yang dilakukan oleh Enrico lebih mahal daripada sejumlah kayu.
Peristiwa ini terjadi setelah Nazi menginvasi dan mengambil alih Perancis. Pada suatu malam, sebuah keluarga Yahudi datang ke rumahnya. Dia membawa mereka masuk, menyembunyikan mereka dari Gestapo selama dua tahun. Akhirnya, seseorang menemukan rahasianya dan melaporkannya. Gestapo datang dan mengambil keluarga Yahudi itu, kemudian menangkap Enrico.
Natal 1944, beberapa bulan setelah penangkapannya, Enrico masih di penjara. Komandan kamp memanggilnya untuk melihat hidangan lezat yang tersaji di atas meja. Komandan itu berkata, "Aku ingin kamu melihat makan malam Natal yang dikirimkan istrimu untukmu sebelum aku menikmatinya. Istrimu juru masak yang hebat! Dia telah mengirimimu makanan setiap hari selama kamu di penjara dan akulah yang menikmati semua makanan itu."
Saudara Kristen kita ini amat kurus, hanya tinggal tulang dibungkus kulit. Matanya kosong memancarkan rasa lapar. Tetapi dia melihat ke makanan yang tersaji di atas meja itu dan berkata, "Aku tahu istriku ahli masak yang hebat! Aku yakin engkau pasti menikmati makan malam Natal ini."
Komandan itu memintanya untuk mengulangi apa yang dikatakannya. Enrico mengulangi ucapannya dan menambahkan, "Aku harap engkau menikmati makan malam ini karena aku mengasihimu."
Komandan itu berteriak, "Keluarkan dia dari sini! Dia sudah gila!"
Perang berakhir dan Enrico dibebaskan. Perlu waktu dua tahun baginya untuk memulihkan kembali kesehatannya. Dan Allah juga mulai memberkati usahanya kembali.
Dia memutuskan untuk mengajak istrinya kembali ke kota tempat dia dipenjarakan, untuk mengucapkan syukur kepada Allah yang telah menyelamatkan nyawanya.
Ketika mereka tiba, mereka mendapat kabar, bahwa mantan komandan penjara itu tinggal di desa yang sama. Sekali lagi, Allah memberi sebuah gagasan kepada Enrico untuk pengampunan yang kreatif. Dia teringat bahwa komandan itu senang pada masakan istrinya. Mereka berbelanja, mencari sebuah tempat untuk memasaknya dan tidak lama kemudian, mereka muncul di pintu rumah komandan itu dengan dua keranjang makanan.
Mereka diundang masuk. Kemudian Enrico berkata, "Engkau tidak mengenali saya, bukan?" Enrico jelas telah berubah. Berat badannya telah kembali seperti semula.
Komandan itu menggelengkan kepalanya.
Kemudian Enrico mengingatkannya, "Pada hari Natal tahun 1944, saya sedang berada di kantormu. Saya mengatakan bahwa saya mengasihimu dan engkau menganggap saya gila."
Mantan komandan itu tampak pucat dan menjauhinya. Teman Kristen kita berkata, "Jangan takut! Kami tidak datang untuk menyakitimu. Dulu saya mengatakan bahwa saya mengasihimu dan saya masih tetap mengasihimu."
Komandan itu berdiri terpaku dengan mata menerawang.
"Saya tidak gila, saya benar-benar mengasihimu. Dan saya ingin menunjukkan kepadamu bahwa saya serius. Perang telah usai. Sekarang waktu damai. Istri saya dan saya ingin duduk bersamamu dan istrimu untuk makan bersama. Maukah engkau menerima permohonan kami?"
Saat mereka mulai menikmati makanan melimpah yang dimasak istri Enrico, komandan itu tiba-tiba menurunkan pisau dan garpunya. "Apa yang hendak kaulakukan terhadapku?"
Teman Kristen kita menjawab, "Tidak ada. Kami hanya ingin engkau tahu bahwa kami mengasihimu. Kami mengampunimu."
"Bagaimana engkau dapat melakukan hal itu?"
"Kami jelas tidak mampu melakukan hal ini dengan kekuatan kami sendiri," kata Enrico, "tetapi Yesus Kristus mengajari kami untuk mengampuni." Enrico bersaksi tentang Yesus, dan sebelum orang itu dapat melanjutkan makannya, dia berlutut untuk menerima Yesus sebagai Juru Selamatnya pribadi.
Bahan diambil dari sumber:
Judul buku: Menang Dengan Cara Allah
Judul asli: Winning God's Way
Penulis : Loren Cunningham dan Janice Rogers
Penerbit : Yayasan Andi, Yogyakarta 2000
Halaman : 123 -- 127
***
Tulisan ini diambil dari blog lama Perki Bremen
Benih vs 4 Jenis Tanah
oleh Felix Pasila
Bacaan: Matius 13:3-23
Di dalam Perjanjian Baru (Mat 13), ada tujuh buah perumpamaan yang menjelaskan arti realita, karakteristik dan juga aspek-aspek yang berbeda dari Kerajaan Allah:
- Penabur dan Benih
- Musuh yang Menabur Lalang (ilalang)
- Biji sesawi
- Ragi
- Harta Terpendam
- Mutiara yang Indah
- Pukat
Pertama, "... Sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis." (Mat 13:4,19)
Ciri-ciri: Tidak butuh nasehat, merasa diri benar, tidak punya keinginan belajar dari orang lain.
Bagaimana menolong orang jenis pertama?
..............................................................................
Kedua, "... Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya karena tanahnya tipis ... sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar." (Mat 13:5-6,20-21)
Ciri-ciri: Minim penerapan, no action, menganggap pertumbuhan karakter bukan prioritas
Bagaimana menolong orang jenis kedua?
..............................................................................
Ketiga, "... Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati." (Mat 13:7,22)
Ciri-ciri: menganggap pemenuhan kebutuhan pribadi lebih penting daripada pengenalan akan Allah (sorga lebih penting daripada Yesus), tidak nyaman dengan kondisi sekarang, tidak pernah puas, mudah terpengaruh sekitar.
Bagaimana menolong orang jenis ketiga?
..............................................................................
Keempat, "... sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat." (Mat 13:8,23)
Ciri-ciri: kebergantungan pada Allah selalu ditunjukkan, rendah hati, dan menganggap orang lain lebih utama, selalu ingin membagi kabar baik pada orang lain.
Bagaimana menolong orang jenis keempat?
..............................................................................
Penerapan:
Bagaimana dengan kehidupan Saudara? Jenis tanah apa yang Saudara miliki?
Apa peran Saudara di Perki melalui pelajaran ini?
"karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri" (Filipi 2:2-3)
***
dipercantik oleh Ignatius Sapto Condro A.B.
Thursday, November 5, 2009
Pencobaan dan Penderitaan
TELADAN DAUD (Mazmur 6)
1. Yang dirasakan Daud saat dalam pergumulan (ayat 3-8): ____________________
2. Reaksi Daud saat mengalami kejatuhan (ayat 9-11): ____________________
TUJUAN PENDERITAAN
Penderitaan dapat membawa kita pada kehidupan yang lebih dalam dan penuh bila kita terima dengan kesabaran dan kerendahan hati.
3. Tujuan dan fungsi penderitaan
Mzm. 199:67 _______________ |
Mzm. 119: 71 _______________ |
2 Kor 12:9 _______________ |
Yak 1:2- 4 _______________ |
MENGANDALKAN KRISTUS DALAM PENCOBAAN
Saat kita memandang ke atas dan memusatkan perhatian kepada Allah, maka sesuatu yang baik terjadi. Mata kita tidak lagi tertuju kepada diri sendiri dan kita pun memperoleh sikap penghargaan yang baru terhadap Dia. Jika di kemudian hari Anda jatuh, cobalah memandang ke atas kepada Allah.
4. Karena Tuhan Yesus, Putra Allah, telah menjadi manusia, maka Dia juga dapat memahami berbagai ujian dan pencobaan yang kita hadapi. Dia memahami setiap dukacita, derita, dan kesulitan yang kita hadapi.
Ibrani 2: 18 _______________ |
Ibrani 4: 15 _______________ |
Ibrani 2: 14-17 _______________ |
5. Alasan kita bisa mengandalkan Kristus dalam pencobaan:
Mazmur 47:9 ____________________ | Mat. 6:26 ________________________ |
1 Yoh. 4:9,10 ____________________ | Yak 1: 2-4 ________________________ |
Hidup kerap kali tampak tak tertahankan. Namun, janganlah hal itu membuat Anda terus jatuh. Renungkanlah kebaikan Allah, berbicaralah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Dia mendengarkan Anda (Mazmur 6:10). Semua itu akan memberi Anda kekuatan untuk bangkit saat Anda jatuh —Dave Branon
PENERAPAN: ______________________________
***
diambil dari Blog lama Perki Bremen
Suatu Hubungan yang Baru
Eksposisi Yohanes 15
Bacaan:
Yohanes 15:1-8
Pengantar:
Ada banyak orang yang bertanya, sebenarnya apakah yang membedakan antara iman orang Kristen dengan yang bukan Kristen. Dan jawaban terperincinya pun juga ada banyak. Salah satu di antaranya adalah dalam hal hubungan antara Pencipta dan ciptaan-Nya. Kali ini kita akan melihatnya dari sudut pandang yang umum dalam kekristenan, yaitu melihat dari ilustrasi yang diberikan oleh Yesus sendiri.
Renungan:
Q1: Bagaimana Yesus menggambarkan hubungan antara Pencipta dan ciptaan-Nya dalam ilustrasi pokok anggur tersebut?
Yoh 15:4-5
Yoh 15:1,15
Q2: Mengapa kita harus tinggal dan menjadi satu dengan pokok anggur tersebut?
Yoh 15:4-5,18-19
Yoh 15:7-8
Yoh 15:11
Q3: Kehidupan seperti apakah yang dimaksud dengan "Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu"?
Yoh 15:2-3,6
Yoh 15:9-10,12-13,17
Yoh 15:26-27
Penutup:
Pernah ada anak lelaki dengan watak buruk. Ayahnya memberi dia sekantung penuh paku, dan menyuruh memaku satu batang paku di pagar pekarangan setiap kali dia kehilangan kesabarannya dan berselisih paham dengan orang lain.
Hari pertama, dia memaku 37 batang di pagar. Pada minggu-minggu berikutnya, dia belajar untuk menahan diri. Lalu jumlah paku yang dipakainya berkurang dari hari ke hari. Dia mendapatkan bahwa lebih gampang menahan diri daripada memaku di pagar.
Akhirnya tiba hari ketika dia tidak perlu lagi memaku sebatang paku pun dan dengan gembira disampaikannya hal itu kepada ayahnya. Ayahnya kemudian menyuruhnya mencabut sebatang paku dari pagar setiap hari bila dia berhasil menahan diri/bersabar.
Hari-hari berlalu dan akhirnya tiba harinya dia bisa menyampaikan kepada ayahnya bahwa semua paku sudah tercabut dari pagar. Sang ayah membawa anaknya ke pagar dan berkata "Anakku, kamu sudah berlaku baik tetapi coba lihat betapa banyak lubang yang ada di pagar."
"Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur." (Kolose 2:7)
***
dipercantik oleh Ignatius Sapto Condro A.B.
Wednesday, November 4, 2009
Bersahabat dengan Yesus
- Yesus adalah pribadi yang tulus. Tak ada kemunafikan yang disimpan-Nya. Ketika kita bersahabat dengan Yesus, Ia menjadi faktor yang mampu membangun motivasi kita untuk melakukan segala sesuatu dengan tulus.
- Yesus memiliki karakter yang terbuka dan setia. Keterbukaan ditunjukkan Yesus dengan menerima siapapun yang mau datang pada-Nya. Seorang kaya, berpangkat atau pengemis sekalipun, jika mau datang pada-Nya, akan disambut Yesus dengan tangan terbuka. Begitu pula kesetiaan-Nya sungguh teruji dan dahsyat. Meski berkali-kali kita menyakiti hati Yesus, Ia tetap setia. Jadi belajarlah untuk tekun dan setia berjalan bersama-Nya.
- Yesus memiliki sifat yang suka menolong. Sebagai sahabat yang sejati, Ia tak sungkan mengorbankan segala sesuatunya bagi hidup manusia. Bahkan nyawa-Nya sendiri rela dikorbankan untuk menebus hidup kita dari dosa dan maut. Kita pun seharusnya bisa merefleksikan iman dengan membuka hati dan membantu yang membutuhkan pertolongan. Tidak mengeksklusifkan diri, memandang remeh orang lain, dan mengeraskan hati atas penderitaan orang lain.
The Agents of Change
- Roma 8:28
- Ayub 1:6-12
- Roma 12:2
- Matius 5:16
- Maleakhi 3:6
- Yesaya 30:15-16
- Lukas 1:26-38
- Filipi 4:8-9
- II Timotius 3:12-17
- Matius 6:33-34
Sunday, November 1, 2009
Penguasaan diri seorang murid
- 2 Timotius 4:1-5
- 2 Petrus 1:3-11
- Mengapa sebagai murid Tuhan Yesus, kita bergumul terus menguasai diri dalam aspek-aspek hidup berikut ini:
- membalas dendam (lihat Roma 12:9-21)?
- marah terhadap sesamanya (lihat Efesus 4:26)?
- mengucapkan kata.kata yang kasar ataupun kotor (lihat Yakobus 3:1-11)?
- tindakan atau perbuatan yang bersifat keras?
- di atas
- Sebelum Rasul Paulus memberi nasihat kepada Timotius supaya "kuasailah dirimu dalam segala hal", mengapa dia dengan sengaja menekankan peranan firman Tuhan pada 2 Timotius 3:10-17?
- Apakah perbedaan antara pendekatan yang lain (misalnya bersemedi dll) untuk menguasai diri daripada nasihat dari Rasul Paulus dan Rasul Petrus mengenai menguasai diri?
- Dapatkah kita sebut contoh-contoh dari Tuhan Yesus pada minggu terakhir menjelang kematian-Nya ketika Dia menunjukkan dapat menguasai diri? Bagaimana cara Tuhan Yesus, bahkan di atas kayu salib pun, menunjukkan dapat menguasai diri?
Pemikiran yang penuh doa
Nats : Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? (Mazmur 8:5)
Agustinus merupakan salah seorang pemikir kristiani yang paling hebat sepanjang masa. Yang menarik, ia berdoa dengan khusuk dan efektif ketika sedang serius memikirkan sesuatu. Ia mungkin dijuluki "pemikir yang berdoa". Kerap kali Agustinus mulai menyusun sebuah dalil dan mengakhirinya dengan doa. Kutipan berikut ini adalah salah satu contoh yang diambil dari Confessions, salah satu karya teologinya:
"Betapa terlambat kudatang untuk mengasihi Engkau, Yang Terindah dari dulu dan sekarang; terlambat kudatang untuk mengasihi-Mu .... Engkau telah memanggilku; ya, Engkau bahkan telah membuka telingaku. Cahaya-Mu menyinari aku dan mencelikkan mataku."
Ini bukanlah suatu renungan yang hampa dari seorang teolog gadungan atau filsuf yang hanya mampu memaparkan teori. Akan tetapi, ini adalah pemikiran dari seseorang yang memiliki kehidupan doa yang tulus.
Berpikir sambil berdoa bukanlah suatu hal yang aneh bagi Agustinus. Daud pernah merenungkan keindahan ciptaan sehingga ia menjadi terdorong untuk menyembah Sang Pencipta: "Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya?" (Mazmur 8:4,5).
Pada saat kita menjalani kehidupan, pemikiran terdalam, perasaan, dan doa kita dapat saling bertautan. Ketika kita sedang melihat keindahan alam, atau bahkan sedang menyelesaikan sebuah masalah, maka saat seperti itu dapat menjadi kesempatan untuk berpikir sambil berdoa --HDF
BERPIKIR SAMBIL BERDOA MENUNTUN KITA UNTUK BERSYUKUR DENGAN PENUH ARTI
Sumber: http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2006/03/18/#SABDAweb
Ketika Api Padam
Kata-kata
Ibadah Keluarga
- Luk 10:38-39
- Kis 16:31-34
- I Kor 1:10
- Fil 2:1-2
- Kol 3:16
- Ibr 10:24-25
- I Sam 2:12,29 (pelajaran dari Eli dan anak-anaknya)
- Ul 6:6-9
- Ams 22:6
- Ayub 1:1-5
Buta Jasmani namun Celik Rohani
oleh Wahju Agung diwakili Sannyo
Tema: Markus 10:52 "Rabuni, supaya aku dapat melihat!"
Bacaan renungan: Markus 10:46-52 "Penyembuhan Bartimeus"
"Buta Jasmani namun Celik Rohani"
Kisah dalam bacaan tersebut menceritakan seorang buta yang bernama Bartimeus, yang karena imannya akan Yesus, disembuhkan oleh Yesus dan akhirnya dapat melihat kembali. (Markus 10:52 "Pergilah imanmu telah menyelamatkan engkau!")
Markus mencatat peristiwa ini tidak lama setelah Yesus menyampaikan kepada murid-murid-Nya tentang penderitaan yang harus ditanggung-Nya dan juga para murid. Juga tidak lama setelah terjadi dialog para murid tentang 'pesanan tempat' istimewa di Surga nantinya. Berdasarkan urutan kejadian tersebut, Markus tentu memiliki maksud khusus melaporkan peristiwa pertemuan Bartimeus dengan Yesus. Catatan ini memaparkan suatu fakta yang menarik tentang panggilan hidup orang Kristen yang sebenarnya di hadapan Allah.
- Ayat 46: Deskripsikan keadaan Bartimeus dari keterangan Markus!
- Ayat 47: Bagaimana Bartimeus dapat mengetahui keberadaan Yesus di situ sementara ia adalah seorang buta? Apa yang dilakukan Bartimeus saat mengetahui keberadaan Yesus tidak jauh darinya?
- Ayat 48: Apakah orang-orang di situ bisa melihat keadaan Bartimeus? Apakah mereka mendengarkan teriakan Bartimeus? Mengapa mereka menegurnya?
- Ayat 49-51: Bagaimana Yesus memperlakukan Bartimeus? Samakah dengan yang dilakukan orang banyak itu?
- Ayat 52: Apa yang Yesus temukan dalam diri Bartimeus sehingga ia sembuh?
- Perbedaan apakah yang Anda temukan dan bisa Anda pelajari antara Bartimeus dan orang banyak yang mengikuti Yesus pada waktu itu?
Renungan
Pengenalan yang tepat akan Yesus akan membuat kita menghasilkan tindakan yang tepat.
Bartimeus secara fisik buta tetapi secara iman dia tidak buta. Dia tidak dapat melihat dunia tetapi dia melihat Yesus dalam hatinya dan memercayakan imannya kepada Yesus.
Bartimeus yang buta, yang tidak melihat, namun mengarahkan telinganya, peka akan kehadiran Yesus dan mengenal-Nya sangat baik sehingga ia yakin Yesus mampu menyembuhkannya. Sebaliknya, orang banyak itu bisa melihat namun mereka menutup matanya untuk melihat Bartimeus. Mereka bisa mendengar tetapi menutup telinga atas teriakan Bartimeus. Mungkin dengan alasan agar Yesus tidak terusik atau mereka yang tak terganggu. Apapun alasannya mereka menegur Bartimeus. Yesus sudah menunjukkan bagaimana seharusnya para pengikutnya bersikap.
Kisah ini menyadarkan kita bahwa kita yang dianugerahi mata yang dapat melihat, seringkali tetap buta. Bukan mata kita yang buta melainkan hati kita yang buta. Kadang keindahan yang kita lihat dari mata telah membutakan hati kita. Kadang kita hanya memandang seseorang hanya dari penampilan fisik, prestasi, dan kekayaannya. Kadang kita memeras dan merugikan manusia bahkan seringkali menganggap rendah orang lain. Hati kita buta akan kasih Yesus sehingga kita memercayakan semuanya kepada penglihatan duniawi tapi tak melihat kasih Yesus.
Akan sungguh indah apabila kita dapat melihat kehidupan tidak hanya dari mata tetapi juga dari hati, dari iman kan Yesus, yaitu kasih.
Bahan sharing:
Apakah hati kita benar telah melihat kasih Yesus ataukah masih buta?
Inginkah kita menjadi seorang Bartimeus?
***
diedit sedikit oleh iscab
supaya sesuai EYD
Sunday, October 25, 2009
H2C: Harap-harap Cemas
Manusia sering dilanda kecemasan atau kekuatiran. Mahasiswa kuatir dengan hasil ujian. Ada yang kuatir, takut kekurangan uang. Ada yang kuatir karena belum menemukan pasangan hidup. Manusia memiliki banyak keinginan dan ketika keinginannya tidak tercapai atau ketika dia melihat banyak tantangan, ancaman, dan gangguan, dia merasa kuatir.
Yesus berkata bahwa kita tidak perlu kuatir.
(Matius 6:25-34 atau Lukas 12:22-31)
Di antara kekuatiran manusia, selalu ada harapan. Kita harus tetap rendah hati dan selalu terbuka untuk setiap rahmat yang Tuhan berikan. Kalau kita mempersembahkan segenap kecemasan dan keputusasaan kita kepada Tuhan, di sanalah kita dapat melihat harapan.
Paulus menulis bahwa kita harus berpegang teguh dalam pengharapan.
(Ibrani 6:9-20)
Dalam kehidupan sehari-hari, harapan dan kecemasan selalu bagai dua sisi koin. Tuhan memberikan keduanya supaya manusia belajar sesuatu. Oleh karena itu, beberapa bacaan ini dapat direnungkan.
Bacaan di rumah
Matius 14:22-23 atau Yohanes 6:16-21.
Dealing with Priority
oleh: Felix Pasila
Apakah anda sedang letih dengan banyak hal yang anda kerjakan?
Apakah anda sedang mengerjakan sesuatu yang benar-benar penting saat ini?
Mari belajar bersama Hukum Prioritas
Dalam dunia bisnis dan leadership dikenal Pareto Principle, 80-20 rule:
Habiskan 80% waktu anda untuk mengembangkan 2 dari 10 karyawan terbaik anda, maka anda sedang mencapai keuntungan 80%
Siapa/apa yang penting bagi anda saat ini? Pada saat yang bersamaan, mana yang harus anda dahulukan?
- Pekerjaan/study?
- Keluarga?
- Teman/pacar?
- Pelayanan?
- Mengenal Allah?
- Masa depan?
- Pengembangan diri?
Prinsip Keseimbangan
Matius 4:4 Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."
1 Timotius 3:5 Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah?
Siapa yang Allah ingin anda utamakan?
Yesaya 30:15-16: _______________
Setelah itu Allah ingin anda memprioritaskan ? _______________
Tantangan Prioritas
Memilih mana yang harus diutamakan dan mana yang bisa dikerjakan bertahap/ditunda.
Prioritas mengenal dan menikmati hubungan dengan Allah?
1. .......................................
2. .......................................
Prioritas anda dalam mengembangkan diri, berorganisasi, pelayanan, hobby?
1. .......................................
2. .......................................
Prioritas anda dalam dalam pekerjaan/study?
1. .......................................
2. .......................................
Prioritas anda terhadap keluarga?
1. .......................................
2. .......................................
Prioritas anda dalam hal keuangan/investasi?
1. .......................................
2. .......................................
***
Tulisan ini diambil dari blog lama Perki Bremen.
Bijakkah Lidah Kita?
Auch mich.
("Soziale Manieren für eine bessere Gesellschaft", kampanye Caritas)
http://www.soziale-manieren.de
http://www.caritas.de
Tulisan berikut dari PA Perki Bremen yang dipimpin Yadi Rayendra mengenai kata-kata yang keluar dari mulut. Ada pepatah yang mengatakan bahwa lidah lebih tajam daripada pedang.
***
Renungan Ibadah Perki (15 Oktober 2006)
Oleh: Yadi Rayendra
Mengapa lidah, mulut atau bibir kita menjadi topik yang begitu penting untuk dibicarakan atau didiskusikan? Topik tentang menjaga lidah bukan merupakan hal yang baru. Tetapi mengapa begitu penting untuk terus diingatkan tentang bagaimana kita menjaganya dengan bijak? Fakta memperlihatkan bahwa orang yang suka berbicara diperkirakan melontarkan 30.000 kata setiap hari! Artinya, kita menghabiskan banyak waktu dalam hidup kita hanya untuk bicara. Pertanyaannya adalah, bagaimana perkataan kita, entah banyak maupun sedikit, mempengaruhi sesama kita?
Selanjutnya, kita diajak untuk menyadari bagaimana kekuatan lidah kita, baik yang bersifat positif maupun negatif mempengaruhi kehidupan kita ataupun sesama kita. Tuhan Yesus mengungkapkan dalam Matius 15:18-20: "Apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang. Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, kesaksian palsu dan hujat. Hal-hal inilah yang menajiskan orang". Disini dengan tegas Yesus mengatakan bagaimana besarnya pengaruh atau kuasa dari kata-kata yang keluar dari mulut kita. Ternyata, disadari atau tidak lidah yang sama dari satu mulut yang sama bisa berfungsi untuk mendatangkan berkat atau kutuk bagi diri kita atau sesama kita.
Raja Salomo dalam Amsal 10:19 menulis, "Siapa yang menahan bibirnya, berakal budi". Namun, di lain pihak Yakobus berkata, "Tidak seorang pun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan". Disini Rasul Yakobus menegaskan bahwa tidak mudah bagi kita untuk mengendalikan lidah kita dengan kekuatan kita sendiri. Lidah disini digambarkan sebagai sesuatu ang buas, penuh racun yang mematikan. Lebih jauh, Yakobuspun mengatakan bahwa dengan lidah kita memuji Allah yang menciptakan kita, dengan lidah pula kita mengutuk manusia yang diciptakan-Nya. Masalah dengan lidah ini jelas-jelas oleh Yakobus ditujukan kepada orang percaya.
Tidak adanya penguasaan lidah bisa digambarkann sebagai suatu penyakit. Seringkali diagnosa suatu penyakit dapat dilakukan hanya dengan melihat bagian dalam mulut seseorang. Beberapa penyakit dapat diketahui dengan memeriksa keadaan lidah. Hal serupa juga dapat dilakukan untuk memeriksa kesehatan rohani seseorang. Tutur kata yang diucapkan seseorang akan mencerminkan apa yang ada dalam diri orang itu. Yesus dalam Matius 12:34 berkata, "Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati".
Penulis kitab Amsal, dalam Amsal 13:3 berkata, “Siapa menjaga mulutnya, memelihara nyawanya, siapa yang lebar bibir, akan ditimpa kebinasaan” dan dalam Amsal 18:6 berkata “Bibir orang bebal menimbulkan perbantahan, dan mulutnya berseru meminta pukulan”. Betapa banyak kesulitan yang dapat dicegah jika kita mau belajar mengendalikan lidah kita! Betapa banyak sakit hati yang kita sebabkan bagi orang lain dapat dicegah jika kita mau menjaga perkataan kita!
Bagaimana kita mengendalikan lidah kita agar perkataan kita bisa menjadi berkat dan bukan menjadi batu sandungan bagi orang lain? Salomo menulis dalam Amsal 12:18: "Lidah orang bijak mendatangkan kesembuhan“. Kata kunci dari ayat tersebut bukanlah lidah melainkan bijak. Lidah tidak dapat mengontrol dirinya sendiri, karena lidah hanya berfungsi bila kendali pemiliknya diaktifkan. Untuk dapat menjadi bijak mengontrol dan menggunakan lidah kita, tentu kita perlu dokter yaitu Allah kita, Yesus Kristus. Rasul Paulus dalam Roma 6:13 berkata bahwa kita perlu memilih untuk menyerahkan anggota-anggota tubuh kita "kepada Allah untuk menjadi senjata senjata kebenaran," bukan "kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman." Jadi kata kuncinya adalah, kita dengan sadar memilih untuk menyerahkan lidah kita pada tabib Agung, yaitu Allah kita untuk dapat disembuhkan dan digunakan sebagai senjata kebenaran dan bukan sebagai senjata kelaliman. Jadi, bila kita ingin bijak, kita datang kepada dokter sumber kebijakan itu, yaitu Tuhan Yesus Kristus sendiri.
Berikut ini ada beberapa penerapan praktis yang dibagikan oleh Richard De Haan.
1. Menyerahkan anggota tubuh kita kepada Tuhan, termasuk lidah kita. Sebagai ayat yang bisa menolong kita, kita bisa lihat di Roma 12:1. Di sana Rasul Paulus mendorong kita untuk menyerahkan anggota tubuh kita, sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah, agar dipakai sebagai alat yang membawa berkat. Dengan menyerahkan tubuh kita, termasuk lidah kita, kita sedang dengan rendah hati membiarkan Tuhan memakai tubuh kita sebagai sesuatu yang menyenangkan dan ibadah bagi Dia.
2. Memohon pertolongan dari Tuhan setiap saat. Dalam hal ini, kita bisa mengikuti teladan raja Daud. Dalam Mazmur 141:3, Daud meminta/memohon pertolongan Allah untuk "mengawasi" mulutnya dan "berjaga pada pintu" bibirnya. Kita semua tahu bahwa Daud adalah seorang raja yang bijak, yang mengasihi Allah, yang hidupnya selalu berpadanan pada kehendak Allah. Tetapi, dia tetap rendah hati untuk meminta dan senantiasa melibatkan pertolongan Tuhan dalam menjaga bibir dan lidahnya, karena dia sadar dengan kekuatannya sendiri, dia tak sanggup menjaga lidahnya. Dia pun sadar bahwa lidahnya bisa menjadi berkat, bila Allah bersemayam dan berjaga di pintu bibirnya. Hal ini bisa mendorong kita, yang sedang terus belajar bertumbuh di dalam Allah untuk mengikuti teladan Daud, untuk dengan rendah hati senantiasa meminta pertolongan Tuhan untuk mengawasi mulut dan berjaga pada pintu bibir kita.
3. Berpikirlah sebelum kita membuka mulut dan belajarlah untuk sedikit berbicara. Sebelum kita melontarkan rentetan kata-kata yang bisa menjadi batu sandungan, ada baiknya kita diam sejenak dan mempertimbangkan kata-kata kita di dalam hati. Sebagai penerapan praktis, kita bisa menaruh ayat-ayat Firman Tuhan di dalam hati dan mulut kita yang bisa meneguhkan atau mengingatkan kita tentang bagaimana menggunakan lidah. Dengan mengingat ayat-ayat dari Firman Tuhan, kita berarti sedang mengisi diri kita sehingga kita bisa lepas dari ancaman si iblis.
Akhirnya kita perlu menyadari bahwa tutur kata kita banyak berbicara tentang jati diri kita. Aksen kita menunjukkan negara atau daerah asal kita. Kata-kata kita mengungkapkan tingkat pendidikan atau budi bahasa kita. Topik diskusi kita menunjukkan minat utama kita dalam kehidupan, karena biasanya kita membicarakan hal-hal yang paling kita sukai. Dan, percakapan kita mengungkapkan tujuan kekal kita, karena orang-orang yang akan ke surga berbicara dengan "bahasa kemuliaan." Sebaliknya, orang-orang yang akan ke neraka berbicara dengan "bahasa kesesatan." Setelah ini, pilihan sepenuhnya ada di tangan kita. Bagaimana dan kemana akan kita bawa tujuan hidup kita, tergantung pada pilihan kita untuk mengendalikan diri kita, termasuk lidah kita. Tetapi satu yang bisa kita pegang, Tuhan Yesus selalu ada di sana dan mampu menolong kita untuk bisa menjaga lidah kita dengan bijak.
***
dikomentari oleh iscab.
Manajemen Waktu
Setiap orang diberi anugerah Tuhan berupa waktu. Lalu manusia mengolah waktu tersebut menjadi 24 jam sehari, 7 hari seminggu, kira-kira 30 hari sebulan, dan 365 hari setahun. Pada setiap waktu, manusia memberi makna. Ada keinginan manusia mencapai sesuatu yang dianggap penting dalam hidupnya.
- Lulus kuliah
- Jadwal ujian
- Belajar
- Tenggat waktu pekerjaan
- Janji dengan teman
- Jalan-jalan
- Urusan jodoh
- Kegiatan organisasi
- Menambah "hot skill"
- Berdoa
- dll
Manusia memiliki tujuan, keinginan, dll yang memberikan makna bagi hidupnya. Untuk mencapainya butuh proses yang terdiri dari banyak tahapan. Setiap tahap tentu saja butuh waktu. Karena manusia memiliki keinginan sangat banyak, dia mulai sulit membagi waktunya. Semakin banyak peranan manusia, semakin banyak keinginannya dalam setiap perannya, yang tentu saja semakin banyak waktu yang diberikannya. Akhirnya dia merasa selalu kekurangan waktu. Inilah pentingnya manusia memiliki Manajemen Waktu.
Manusia sering merasa khawatir bahwa waktu tidak pernah cukup untuknya. Dada sesak, kepala nyut-nyutan, dll. Takut kehabisan waktu atau buang-buang waktu. Padahal semuanya hanya masalah mengatur hal-hal berdasarkan penting-tidaknya dan mendesak-tidaknya.
***
Penting vs. tidak penting
Mendesak vs tidak mendesak
Important vs Unimportant
Urgent vs not urgent
Wichtig vs unwichtig
Dringend vs nichtdringend
***
Firman Tuhan menekankan bahwa manusia tidak perlu takut atau khawatir (Lukas 12:25-36). Supaya waktu dapat digunakan secara optimal, kita bisa merenungkan Pengkhotbah 3:1-5. Menggunakan waktu secara bijaksana dapat menghindarkan kita dari hal-hal tak terduga yang bisa membuang waktu kita, seperti
- jatus sakit
- tugas mendadak
- dll
Kita harus waspada terhadap masa depan. Kita bisa merenungkan Matius 25:1-13.
***
Mengembangkan sikap sebagai murid Kristus di pekerjaan dan study
Kolose 3:23
Pekerjaan apa saja yang diberikan kepadamu, hendaklah kalian
mengerjakannya dengan sepenuh hati, seolah-olah Tuhanlah yang kalian layani, dan bukan hanya manusia. (Alkitab BIS)
1. Adakan selalu perenungan sebelum memulai segala sesuatu: bagaimana sikap kebergantungan kepada Tuhan Yesus ditunjukkan.
2. Apakah ada yang salah dan tidak sesuai dengan hati nurani dengan
langkah-langkah yang selama ini diambil. Kalau ada, segera buat langkah perubahan.
3. Selalu membuat daftar kegiatan penting yang harus dikerjakan, pilih mana yang harus diutamakan dan segera dilakukan dan mana yang bisa dikerjakan secara bertahap atau ditunda.
4. Kejarlah selalu keunggulan dalam segala sesuatu yang dikerjakan dan kembangkan kecerdikan dalam menyelesaikan segala sesuatu.
5. Dalam hal keuangan bersikaplah selalu hemat, teliti dalam penggunaan atau pengeluarannya, lebih baik menunda pengeluaran untuk menguji tingkat kepentingannya.
6. Selalu bersikap bahwa semua uang yang dipercayakan adalah uang Tuhan, untuk dipergunakan dengan penuh tanggung jawab.
7. Bukan rapinya laporan keuangan yang diutamakan, tetapi ketepatan penggunaan uang.
8. Memilih jalan penderitaan demi keberhasilan jangka panjang, daripada sikap memilih jalan mudah untuk keberhasilan jangka pendek yang temporer.
9. Selalu bersikap menguasai diri dalam hal : makan, mencari hiburan, waktu istirahat, ngobrol tanpa arah.
10. Selalu bersikap melayani dan memberi yang terbaik kepada yang dilayani(baca Suami/Istri, anak, teman sekerja, Bos).
11. Selalu bersikap ramah, sukacita, penuh semangat.
12. Selalu ambil inisiatip untuk mencari solusi bagi permasalahan yang
dihadapi oleh orang yang dilayani.
13. Selalu mengembangkan diri dengan banyak membaca buku, belajar dari orang lain yang lebih tahu dan trampil, bertanya sebanyak mungkin mencari permasalahan dan hal-hal yang bisa dikembangkan di masyarakat.
14. Menikmati waktu rekreasi dan libur secara total pada saat yang direncanakan.
15. Akhiri setiap hari dengan doa pemeriksaan diri di hadapan Tuhan Yesus, mohon penyucianNya, menyerahkan diri (dan keluarga) dan bersyukur atas setiap anugerahNya.
***
dari blog lama Perki Bremen
Tuesday, October 13, 2009
Bertumbuh dan diubahkan Lewat Persoalan (Roma 8:28, Mazmur 34 : 18, 2 Kor 1 :9)
***
Friday, September 4, 2009
Ubi caritas
Deus ibi est
Di mana ada cinta dan kasih
Di situ ada Allah
***
***
embedded by Ignatius Sapto Condro A.B.